Pernah gak ngerasain tangan udah pegel banget nahan handle bar saat downhilling padahal turunannya belum abis-abis juga. Kalo belum, cobain deh track full DH di kaki gunung Palasari Bandung Timur. Tracknya edan pissaaannn, ada 3 session DH track ditambah dengan track menurun yang penuh dengan technical. Biar lengkap kayak STMJ, tersedia tanjakan buat para penikmat uphilling.
Sebenarnya ajakan genjot di Manglayang ini udah datang sejak bulan puasa oleh dedengkot Roger Bagen, Kang Aris Roger-03. Siapa sih nggak ngiler ngeliat foto-foto yang diposting di salah satu thread di Sepedaku.com. Akhirnya disepakati untuk melakukan napak tilas trip di kaki Gunung Palasari-Manglayang, apalagi ditambah bumbu-bumbu turunan yang lezat dan aduhai.
Tepat jam 04.55 gue udah ngambil tiket tol Bintaro, bergerak cepat menuju Bandung. Jam 07.15 udah di Babakan Sukatma Cicaheum tempat parkiran mobil, lebih cepat dikit dari yang punya gawe. Namanya juga undangan, kudu lebih sigap toh:) Sambil nunggu genjoter yang lain, nyari nasi kuning dulu ah. Ternyata banyak juga peserta trip kali ini. Pasukan inti adalah barudak Terjal (Telusur Jalur Liar), komunitas pencinta MTB di seputaran Cicaheum. Mereka ber 20-an orang ditambah Roger Bagen (Rombongan Graha Bareng-bareng Genjot) 2 mobil, Jhoni Qesrek, gue, dan 4 orang dari Geger Kalong. Track sepenuhnya adalah hasil survey teman-teman Terjal.
Nanjak Dulu, Baru Turun
Sesuai rencana semula, sepeda diangkut dengan Colt ke Caringin Tilu, tempat start trip ini, melewati Padasuka - Pasir Layung sampai nun jauh ke Utara. Ada aja yang iseng genjot ke sana. Walaupun on road tapi nanjaknya minta ampun. Daeng Nahar dan Pak Joko yang terkenal dengan tim Panjat Pinng tidak mau kalah dengan barudak Terjal yang emang setiap trip pasti genjot ke atas. Walhasil Pak Joko berhasil sampai duluan dan Daeng Nahar terpaksa dievakuasi pake mobil. Salut buat barudak Terjal yang dengan tenang menikmati tanjakan ini.
Setelah briefing dan berdoa, perjalanan dimulai. Tidak tanggung-tanggung, awalan tanjakan sepanjang 1,5 km harus ditempuh untuk bisa menikmati downhill yang pertama. Setiba di tempat start DH, ternyata baru sadar kalo lokasi ini sangat dekat ke Cibodas - Lembang, suatu dataran subur di Timur Maribaya tepat di Utara Patahan (sesar) Lembang yang terkenal itu. Wah, lain kali mesti dicoba genjot dari Cibodas aja, mobil bisa masuk koq lewat Maribaya.
Satu per satu genjoter melaju turun di track DH pertama ini. Tracknya gak terlalu panjang, mungkin hanya beberapa ratus kilometer, tapi cukuplah buat membalas tanjakan di awal trip. Cuman sayang track-nya tidak steril dari Offroader Motocross, ditambah dengan track yang berdebu karena ternyata di Bandung udah lama nggak turun hujan. Dipertigaan Cibodas - Oray Tapa, Kang Ricky sempat mengabadikan laju turun genjoter dengan Handycam.
Ternyata turunannya lanjut lagi 2 km lebih, semuanya di bawah kerindangan pohon pinus. Hati-hati dengan v-groove di sepanjang track. Kalo nggak hati-hati bisa bikin nyungsep. Mudah-mudahan ini bukan akibat ulah gerombolan motocross tapi lebih karena jalur air yang sejajar track. Selebihnya, turunan ini nikmat sekali. Bener kata Joni, bisa bikin orgasme kekekeqqq. Kenikmatan berakhir di pertigaan,ambil jalur ke kiri ke arah Oray Tapa. Kalo ke kanan bisa turun ke Padasuka lagi.
Turunan Kedua
Ke arah Oray Tapa, tracknya berubah dari single track menjadi jalan berbatu seperti track di Rindu Alam. Juga berubah dari turunan menjadi tanjakan, maklumlah udah diiming-iming barudak Terjal bahwa di depan ada turunan dasyat. Cuman koq tanjakannya panjang amat yah? Apalagi tepat di Pintu Gerbang Oray Tapa track berubah lagi menjadi single track yang berdebu. Untung di pertengahan punggungan pasukan berhenti untuk makan siang di Pondok. Salut buat barudak Terjal yang siap dengan dengan perlengkapan shalat, jadinya gue ikutan Dhuhur walaupun dengan bertayammum. Sebelum cabut dari Pondok, operasi semut dilakukan biar nggak ninggalin sampah. Sekali lagi two thumb ups buat Terjal, baru kali ini gue ngeliat komunitas MTB yang sangat peduli lingkungan.
Dari Pondok perjalanan menanjak dan menanjak. Waktu ditanya kapan tanjakannya abis, yang ditanya hanya bisa tersenyum. Rupanya emang tujuannya ke arah start turunan panjang. Jaraknya hanya 2-3 km tapi waktu tempuh bisa sejaman. Untung waktu ketemu hutan Pinus, penyiksaan ini berakhir. Tanjakan dibalas turunan panjang.
Track downhill ini cukup panjang, hampir sekitar 5 km. Dua kilometer pertama genjoter disuguhi speed DH di sela-sela pohon pinus. Sayangnya karena kemarau panjang, track menjadi berdebu dan harus jaga jarak biar gak mandi debu. Nah, di sini nih yang tangan pegel banget tapi turunannya gak abis-abis juga. Perlu istirahat beberapa kali biar tangan bisa recover mengontrol handlebar. Kalo kagak, bisa-bisa cengkaraman melemah dan bisa tahu sendiri lah kelanjutannya.
Habis istrihat sambil ngeliat beberapa barudak Terjal yang nyoba mau ngelompatin parit tapi batal, perjalanan lanjut lagi dan so pasti tetap downhill. Kemiringan makin terjal, malah sempat membuat beberapa genjoter keplanting. Gue sendiri gak sampe jumpalitan sih, tapi sempat pelipis nabrak ranting pas di samping ujung mata. Nggak kebayang deh kalo posisinya masuk dikit, bisa-bisa lebih fatal akibatnya.
Turunan Maut
Diujung track, genjoter disuguhin dengan turunan dengan kemiringan > 100%. Butuh nyali dan skill yang bagus. Pantat kudu ditaruh di belakakng banget, kalo nggak bisa mlejit ke depan. Panjang track turunan ini gak seberapa, mungkin seratusan meter.
Ada dua jalur paralel, yang pertama berbatu dan banyak tonjolan akar pohon. Yang kedua lebih bersih tapi banyak ada anak tangganya. Gue ngambil track yang kedua aja, yang penting lurusnya biar bisa ngontrol handle bar. Kalo track pertama mesti zig-zag menghindari batu dan akar. Two thumbs up sekali lagi buat barudak Terjal, handling manstaff banget euy. Nanjak OK, turunan juga OK. Hampir semuanya bisa ngelibas track pertama.
Untungnya lagi gue di rombongan awal, jadi pada gak tau kan kalo di ujung turunan gue sempat TTB hehehe. Coba belakangan, bisa-bisa ditontonin para genjoter yang udah turun duluan.
Puas dengan turunan maut, rombongan lanjut lagi dengan track on-road. Sempat sekali berhenti di warung desa Arcamanik dan dua kali nanjak di dekat galian batu. Waktu sudah menunjukkan jam 15.30, mudah-mudahan target untuk nyampe di parkiran jam 16.00 bisa kecapai deh. Kata barudak terjal dari Arcamanik setidaknya butuh 30 menit lagi. Bisa aja sih, asal gak ada tanjakan lagi :)
Turunan Kebon Jagung
Setelah bersusah payah nanjak setelah lokasi penggalian batu, track menjadi lebih asyik karena banyak technical skill yang dibutuhkan waktu melintasi kebon jagung. Single track yang sempit, berundak, kebanyak di atas pematang yang kalo salah sedikit bisa hilang keseimbangan. Sempat ada yang jatoh sekitar 3 meteran, untung jatohnya pas kaki duluan jadi gak cedera sama sekali. Track yang ini juga mesti ditemenin sama yang sudah hapal daerahnya. Kalo nggak bisa-bisa tersesat dan arahnya malah menjauhi finish. Untung pemandunya (barudak Terjal) udah hapal di luar kepala, jadi resiko tersesat menjadi kecil sekali.
Pas sebelum desa Cikadut, track ini ditutup dengan jalur curam dan berbatu tapi asyik buat yang bisa melewatinya. Kuncinya cuman satu, gunakan kedua rem dan jangan terpengaruh untuk meluncur kencang ke bawah. Selain itu posisi badan dijauhkan ke belakang seperti sebelumnya biar titik berat keseluruhan menjauh ke belakang juga. Dengan kecepatan yang bisa dikontrol dan titik berat berpindah ke belakang, Insya Allah kenikmatan track ini bisa dirasakan.
Sekali lagi rombongan beristirahat di desa Cikadut, ada warung es campur sih :) Padahal waktu sudah menjukkan jam 16.00, berarti target hanya meleset beberapa menit. Soalnya sehabis Cikadut jalurnya on-road dan menurun. Cuman perlu nahan nafsu bisa gak balapan on-road karena lalu lintas cukup ramai. Akhirnya pasrah aja beriringan saja.
16.15 tepat rombongan tiba di parkiran. Lega rasanya udah bisa nikmatin track yang lengkap. Ada tanjakan, turunan, turunan maut, technical, dan on-road. Apalagi lega karena bisa shalat dan disuguhin sirup dingin di rumah Kang Aris. Ternyata doi emang dari lahir besar di lingkungan ini, kelamaan dikit bisa jadi preman Cicaheum kali :) Heheheh becanda Om. Anyway, thanks for the best hospitality. Lain kali ajak-ajak lagi yah.
Sebenarnya ajakan genjot di Manglayang ini udah datang sejak bulan puasa oleh dedengkot Roger Bagen, Kang Aris Roger-03. Siapa sih nggak ngiler ngeliat foto-foto yang diposting di salah satu thread di Sepedaku.com. Akhirnya disepakati untuk melakukan napak tilas trip di kaki Gunung Palasari-Manglayang, apalagi ditambah bumbu-bumbu turunan yang lezat dan aduhai.
Tepat jam 04.55 gue udah ngambil tiket tol Bintaro, bergerak cepat menuju Bandung. Jam 07.15 udah di Babakan Sukatma Cicaheum tempat parkiran mobil, lebih cepat dikit dari yang punya gawe. Namanya juga undangan, kudu lebih sigap toh:) Sambil nunggu genjoter yang lain, nyari nasi kuning dulu ah. Ternyata banyak juga peserta trip kali ini. Pasukan inti adalah barudak Terjal (Telusur Jalur Liar), komunitas pencinta MTB di seputaran Cicaheum. Mereka ber 20-an orang ditambah Roger Bagen (Rombongan Graha Bareng-bareng Genjot) 2 mobil, Jhoni Qesrek, gue, dan 4 orang dari Geger Kalong. Track sepenuhnya adalah hasil survey teman-teman Terjal.
Nanjak Dulu, Baru Turun
Sesuai rencana semula, sepeda diangkut dengan Colt ke Caringin Tilu, tempat start trip ini, melewati Padasuka - Pasir Layung sampai nun jauh ke Utara. Ada aja yang iseng genjot ke sana. Walaupun on road tapi nanjaknya minta ampun. Daeng Nahar dan Pak Joko yang terkenal dengan tim Panjat Pinng tidak mau kalah dengan barudak Terjal yang emang setiap trip pasti genjot ke atas. Walhasil Pak Joko berhasil sampai duluan dan Daeng Nahar terpaksa dievakuasi pake mobil. Salut buat barudak Terjal yang dengan tenang menikmati tanjakan ini.
Setelah briefing dan berdoa, perjalanan dimulai. Tidak tanggung-tanggung, awalan tanjakan sepanjang 1,5 km harus ditempuh untuk bisa menikmati downhill yang pertama. Setiba di tempat start DH, ternyata baru sadar kalo lokasi ini sangat dekat ke Cibodas - Lembang, suatu dataran subur di Timur Maribaya tepat di Utara Patahan (sesar) Lembang yang terkenal itu. Wah, lain kali mesti dicoba genjot dari Cibodas aja, mobil bisa masuk koq lewat Maribaya.
Satu per satu genjoter melaju turun di track DH pertama ini. Tracknya gak terlalu panjang, mungkin hanya beberapa ratus kilometer, tapi cukuplah buat membalas tanjakan di awal trip. Cuman sayang track-nya tidak steril dari Offroader Motocross, ditambah dengan track yang berdebu karena ternyata di Bandung udah lama nggak turun hujan. Dipertigaan Cibodas - Oray Tapa, Kang Ricky sempat mengabadikan laju turun genjoter dengan Handycam.
Ternyata turunannya lanjut lagi 2 km lebih, semuanya di bawah kerindangan pohon pinus. Hati-hati dengan v-groove di sepanjang track. Kalo nggak hati-hati bisa bikin nyungsep. Mudah-mudahan ini bukan akibat ulah gerombolan motocross tapi lebih karena jalur air yang sejajar track. Selebihnya, turunan ini nikmat sekali. Bener kata Joni, bisa bikin orgasme kekekeqqq. Kenikmatan berakhir di pertigaan,ambil jalur ke kiri ke arah Oray Tapa. Kalo ke kanan bisa turun ke Padasuka lagi.
Turunan Kedua
Ke arah Oray Tapa, tracknya berubah dari single track menjadi jalan berbatu seperti track di Rindu Alam. Juga berubah dari turunan menjadi tanjakan, maklumlah udah diiming-iming barudak Terjal bahwa di depan ada turunan dasyat. Cuman koq tanjakannya panjang amat yah? Apalagi tepat di Pintu Gerbang Oray Tapa track berubah lagi menjadi single track yang berdebu. Untung di pertengahan punggungan pasukan berhenti untuk makan siang di Pondok. Salut buat barudak Terjal yang siap dengan dengan perlengkapan shalat, jadinya gue ikutan Dhuhur walaupun dengan bertayammum. Sebelum cabut dari Pondok, operasi semut dilakukan biar nggak ninggalin sampah. Sekali lagi two thumb ups buat Terjal, baru kali ini gue ngeliat komunitas MTB yang sangat peduli lingkungan.
Dari Pondok perjalanan menanjak dan menanjak. Waktu ditanya kapan tanjakannya abis, yang ditanya hanya bisa tersenyum. Rupanya emang tujuannya ke arah start turunan panjang. Jaraknya hanya 2-3 km tapi waktu tempuh bisa sejaman. Untung waktu ketemu hutan Pinus, penyiksaan ini berakhir. Tanjakan dibalas turunan panjang.
Track downhill ini cukup panjang, hampir sekitar 5 km. Dua kilometer pertama genjoter disuguhi speed DH di sela-sela pohon pinus. Sayangnya karena kemarau panjang, track menjadi berdebu dan harus jaga jarak biar gak mandi debu. Nah, di sini nih yang tangan pegel banget tapi turunannya gak abis-abis juga. Perlu istirahat beberapa kali biar tangan bisa recover mengontrol handlebar. Kalo kagak, bisa-bisa cengkaraman melemah dan bisa tahu sendiri lah kelanjutannya.
Habis istrihat sambil ngeliat beberapa barudak Terjal yang nyoba mau ngelompatin parit tapi batal, perjalanan lanjut lagi dan so pasti tetap downhill. Kemiringan makin terjal, malah sempat membuat beberapa genjoter keplanting. Gue sendiri gak sampe jumpalitan sih, tapi sempat pelipis nabrak ranting pas di samping ujung mata. Nggak kebayang deh kalo posisinya masuk dikit, bisa-bisa lebih fatal akibatnya.
Turunan Maut
Diujung track, genjoter disuguhin dengan turunan dengan kemiringan > 100%. Butuh nyali dan skill yang bagus. Pantat kudu ditaruh di belakakng banget, kalo nggak bisa mlejit ke depan. Panjang track turunan ini gak seberapa, mungkin seratusan meter.
Ada dua jalur paralel, yang pertama berbatu dan banyak tonjolan akar pohon. Yang kedua lebih bersih tapi banyak ada anak tangganya. Gue ngambil track yang kedua aja, yang penting lurusnya biar bisa ngontrol handle bar. Kalo track pertama mesti zig-zag menghindari batu dan akar. Two thumbs up sekali lagi buat barudak Terjal, handling manstaff banget euy. Nanjak OK, turunan juga OK. Hampir semuanya bisa ngelibas track pertama.
Untungnya lagi gue di rombongan awal, jadi pada gak tau kan kalo di ujung turunan gue sempat TTB hehehe. Coba belakangan, bisa-bisa ditontonin para genjoter yang udah turun duluan.
Puas dengan turunan maut, rombongan lanjut lagi dengan track on-road. Sempat sekali berhenti di warung desa Arcamanik dan dua kali nanjak di dekat galian batu. Waktu sudah menunjukkan jam 15.30, mudah-mudahan target untuk nyampe di parkiran jam 16.00 bisa kecapai deh. Kata barudak terjal dari Arcamanik setidaknya butuh 30 menit lagi. Bisa aja sih, asal gak ada tanjakan lagi :)
Turunan Kebon Jagung
Setelah bersusah payah nanjak setelah lokasi penggalian batu, track menjadi lebih asyik karena banyak technical skill yang dibutuhkan waktu melintasi kebon jagung. Single track yang sempit, berundak, kebanyak di atas pematang yang kalo salah sedikit bisa hilang keseimbangan. Sempat ada yang jatoh sekitar 3 meteran, untung jatohnya pas kaki duluan jadi gak cedera sama sekali. Track yang ini juga mesti ditemenin sama yang sudah hapal daerahnya. Kalo nggak bisa-bisa tersesat dan arahnya malah menjauhi finish. Untung pemandunya (barudak Terjal) udah hapal di luar kepala, jadi resiko tersesat menjadi kecil sekali.
Pas sebelum desa Cikadut, track ini ditutup dengan jalur curam dan berbatu tapi asyik buat yang bisa melewatinya. Kuncinya cuman satu, gunakan kedua rem dan jangan terpengaruh untuk meluncur kencang ke bawah. Selain itu posisi badan dijauhkan ke belakang seperti sebelumnya biar titik berat keseluruhan menjauh ke belakang juga. Dengan kecepatan yang bisa dikontrol dan titik berat berpindah ke belakang, Insya Allah kenikmatan track ini bisa dirasakan.
Sekali lagi rombongan beristirahat di desa Cikadut, ada warung es campur sih :) Padahal waktu sudah menjukkan jam 16.00, berarti target hanya meleset beberapa menit. Soalnya sehabis Cikadut jalurnya on-road dan menurun. Cuman perlu nahan nafsu bisa gak balapan on-road karena lalu lintas cukup ramai. Akhirnya pasrah aja beriringan saja.
16.15 tepat rombongan tiba di parkiran. Lega rasanya udah bisa nikmatin track yang lengkap. Ada tanjakan, turunan, turunan maut, technical, dan on-road. Apalagi lega karena bisa shalat dan disuguhin sirup dingin di rumah Kang Aris. Ternyata doi emang dari lahir besar di lingkungan ini, kelamaan dikit bisa jadi preman Cicaheum kali :) Heheheh becanda Om. Anyway, thanks for the best hospitality. Lain kali ajak-ajak lagi yah.
Thanks buat buat Barudak Terjal yang udah nemenin nanjak dan turun. Juga buat Roger-Bagen, terutama buat ajakannya dan foto-fotonya. Seperti biasa, silahkan akses track map di bawah.
Double click gambar di atas untuk untuk yang beresolusi tinggi.
6 comments:
muantab om!
jadi ngiler pengen kesana....
silahkan di-print om. dan jangan lupa ngajak-ngajak kalo ada trip yang enak lagi yah
Om Igo, gak perlu double click untuk memperbesar gambar, klik aja cukup :).
Seru bgt ya, terutama turunan mautnya itu lho.
Hwadugh...
Kaya'nya gak cucok buat ane yg phobia turunan, apalagi yang maut tadi.
Tapi kalo liat pemandangannya siy menyejukkan mata. Gimenong ya..?
ngiler juga euy
salam.. kenal om
Saya juga pecinta MTB di Bandung tpi blum sempet join ke salah satu club.. kayaknya enak ya ikutan club MTB :-)
saya sering jalan ke Padasuka tapi biasanya turun di Resort Dago ,wah kayaknya ane harus jajal rute downhill ini om ... thanks dah sharing.
Biasanya track wajib ke Ujungberung - Palasari - Cibodas - Maribaya, tapi jarang ada yang mau euy...
om .. sharing pic nya banyakan lagi donk -)
Om,
Bolehkah saya minta file track GPS (file gpx) dari route Gunung Palasari - Manglayang ini?
Jika boleh ke japri susetiya@yahoo.com
Terima kasih.
Post a Comment