Monday, June 05, 2006

Cibodas - Rindu Alam Single Track



Ide ke Cibodas muncul waktu lagi ngeliat peta-peta BAKOSURTANAL, koq kayaknya banyak single track di antara Cibodas – Rindu Alam dan pasti bisa digenjot pake sepeda. Makanya sounding explore daerah tersebut sudah dimulai sejak awal minggu dan pertengahan minggu sudah sekitar 5 email yang ngerespond. Bahkan ada yang nelpon langsung lho. Ternyata antusias teman-teman MTB-Indonesia untuk mencari jalur baru sangat tinggi, makanya sekali-sekali perlulah dibuat trip seperti ini.

Sabtu pagi 3 Juni 2006 jam 06.30, sudah terkumpul 10 genjoters di Sederhana Ciawi. Ada DePe Lurah Puncak, Eko Yulianto Pertama (soalnya yang kedua ada di PAC), Dadi Bintaro, dan pasukan Panjat Pinang dari JJ yang terkenal raja tanjakan (Nahar, Chandra, Traye, Om Joko, Ardi, dan Jonardy), dan tentu saja gue sendiri. Cuman sayang keberangkatan terhendat sedikit karena mesti nawar harga dulu dengan supir angkot. Akhirnya jadi Rp. 125,000 per angkot Ciawi – Cibodas dengan alasan banyak pungli karena masuk ke jalur angkot orang lain. Trus ditambah insiden kecil: Om Jonardy lupa bawa helm dan knee protector gue ketinggalan di angkot Mang Dede.

Hampir Tersesat

Setelah tanya sana sini, genjotpun dimulai jam 08.30 dengan tujuan Saung Putih kecil di punggungan kedua Utara Cibodas. Dari Cibodas sih kelihatan gampang, hanya perlu melewati 1 lembah. Tapi ternyata tidak seperti itu, lembahnya cukup dalam dan tanjakannya bikin ngos-ngosan. Genjot hanya bisa dari Cibodas turun ke Lembah, selebihnya kudu TTB (Tuntun Bike). Tracknya cukup sempit, perlu tenaga ekstra untuk mendorong/menggendong sepeda. Untungnya sepanjang tanjakan banyak buah strawberry hutan. Selain itu di puncak punggungan ternyta ada kebun tomat yang buahnya ranum kemerahan. Para genjoter langsung kreatif ikut memanen hasil kebun walaupun tanpa izin pemilik. Terutama Pak Lurah yang menganggap hasil kebun tersebut adalah upeti untuk dia….. kekekekqqqq

Di puncak Bukit Tomat (Saung Putih) genjoter hampir tersesat. Kelompok pertama sempat naik ke Barat mengikuti punggungan dengan maksud mencari jalan tembus ke punggungan berikutnya. Ternyata pepohonan makin merapat dan track makin menanjak. Untung ada petani yang mengingatkan sehingga genjoter turun ke Saung Putih tempat genjoter lain yang sedang menikmati Tomat. Atas dasar petunjuk pak tani kami pun melanjutkan perjalanan ke Utara mengikuti single track yang lumayan ”cihuy”.

Single track ini masih tertutup rerimbunan pohon dan semak belukar dan tidak ada di dalam peta (inilah gunanya GPS, jadi tau kalo ternyata sedang tersesat...hehehe). Kami berjalan terus mengikuti track menuju Curug sesuai petunjuk Pak Tani. Cuman di pertengahan jalan nemu plang hiking “RSMC” di persimpangan (menurut Ardi adalah Rumah Sakit Mangun Cipto) yang menunjuk ke arah kanan. Kami jadi ragu apakah ini jalan yang sebenarnya. Cuman karena simpang ke kanan ini adalah turunan, akhirnya genjoter memutuskan untuk ke kanan saja. Lumayan enak turunan kali ini, didominasi oleh single track di antara kebun wortel menuju ke Timur. Di ujung track genjoter bertemu dengan pak tani pemilik kebun wortel. Kata beliau kalau mau ke Taman Safari seharusnya di pertigaan RSMC lurus aja, bukan ke kanan….. nah lho. Cuman karena tidak mungkin naik lagi, akhirnya diputuskan untuk ke desa terdekat. 10 menit kemudian ketemu Desa Gegerbentang.

Tiba di Gegerbentang jam 11.30. Anda bisa bayangkan bagaimana kondisi track bila jaraknya sekitar 4 km ditempuh dalam waktu 3 jam. Pasukan pun beristirahat sejenak di warung sambil menikmati Indomie, teh manis anget dan buah tomat.

Villa Sihab

Pas tengah hari perjalanan dilanjutkan kembali. Tujuan kali ini adalah Menara Metrologi melalui Prabon Pojok dan desa Cijember. Kata orang-orang ada jalan setapak dari Menara Metrologi ke Gn.Mas.

Setelah Desa Cijember, ternyata genjoter disuguhi tanjakan panjang dan berbelok di antara tanaman kol. Tolong dicatat yah, track ini hanya bisa ditempuh dengan TTB bukan digenjot. Di ujung punggungan kami masuk ke satu Villa yang sangat bagus dengan gaya menyatu dengan alam. Ternyata menurut penjaganya, Villa ini adalah milik keluarga Alwy Sihab. Mungkin waktu kami ngobrol di luar, ada Najwa yang sedang istirahat di dalam :). Villa ini disewakan lho, tarifnya hanya Rp. 1,5 juta untuk satu Villa. Ada 4 kamar, dan halamannya luas sekali. Kapan-kapan bikin acara gathering genjoter bareng keluarga di sana asyik kali ya’?

Dari Villa, perjalanan dilanjutkan kembali ke arah Menara Metrologi. Agak menanjak sehingga kelompok terdepan didominasi para genjoter panjat pinang. Baru seberapa jauh, tiba-tiba pasukan panjat pinang berdatangan dari arah berlawanan dengan kecepatan tinggi diikuti seekor anjing yang terus menggonggong. Makanya brur, jangan terlalu hot genjotnya :)

Gunung Mas Here We Come !

Perjalanan lanjut lagi memasuki jalan setapak di tengah hutan yang cukup rapat memotong ke jalan akses Metrologi. Hutan dan semak cukup lebat, jadi sekali lagi banyak TTB-nya. Untung track di dalam hutan hanya sebentar, kami sampai di jalan akses Metrologi. Lanjut lagi menanjak, kali ini hadiah buat pasukan panjat pinang. Sekitar 300 meter ketemu single track ke kanan yang arahnya menuju menara. Kayaknya akses Metrologi ini adalah jalan tembus dari plang “RSMC” tadi. Soalnya sepertinya jalan ini menerus ke punggungan yang seharusnya dilalui setelah Bukit Tomat.

Kali ini track-nya menurun dan 200 meter kemudian sampailah kami di padang bunga mirip Tulip. Dari sini ada single track ke kiri melipir ke punggungan bukit. Rombongan berfoto sejenak sambil nunggu 2 rekan yang kebablasan terus ke arah menara. Setelah semuanya sudah lengkap, perjalanan lanjut lagi melalui track yang lumayan tertutup rumput dan sepertinya jarang dilalui. Harus agak hati-hati, sepanjang track ada pipa air yang dipasang sejajar track sehingga kalo dilintasi bisa membuat ban slip. Tapi cuman pipa air ini cuman sebentar koq, kami lanjut lagi menikmati turunan panjang ini. Sempat ketemu dengan pemburu dan anjingnya yang sedang beristirahat di tengah track.

Kurang lebih 1 km tiba-tiba track berubah menanjak. Mungkin karena bosan menanjak dan semangat sudah melemah, pasukan memilih nyari jalan pintas ke kiri ke arah lembah. Cuman bukan untung yang di dapat, malah jalan tersebut tidak bisa dilalui karena hutan makin merapat dan terlalu terjal, diputuskan untuk kembali ke jalur semula. Untuk tanjakannya hanya 30 meter, coba tadi sabar dikit gak perlu bersusah payah menerobos hutan.

Cuaca mulai berkabut dan perjalanan tetap harus dilanjutkan. Track datar dan sesekali menurun. Tidak perlu tenaga ekstra untuk melewatinya, paling butuh skill sedikit untuk melewati rintangan yang tidak terlalu berat. Tiba-tiba hutannya habis dan pandangan di depan menjadi terang menderang. Ternyata kami tembus ke jalur biasa di kebun teh sebelum gantole yang biasa dilewati dari Rindu Alam. Leganya luar bisa, seperti nemu air di padang pasir.

Lanjut terus, ternyata lagi ada pertandingan Gantole, rame banget. Di turunan berbatu sebelum jalur Bak Kontrol hujan turun deras banget. Track hampir seperti sungai kecil yang dipenuhi air. Badan mulai meriang saking dinginnya, tapi mau gak mau harus tetap genjot untuk ngejar waktu yang sudah semakin sore. Jalur Gn. Mas disikat habis, kali ini terbukti kemapuhan full suspension karena para pencinta hardtail jauh tertinggal di belakang. Di pabrik teh, kami berhenti sejenak untuk mengisi perut yang hanya disumpal Indomie di Gegerbentang. Untung ada mang penjual bakso dan bandrek.

Setelah perut kenyang, lanjut lagi ke arah Taman Safari. Kami tiba di Safari jam 17.00. Diputuskan untuk tidak terus ke tanjakan Ngehe’ karena tidak safe sudah mulai gelap. Apalagi udara semakin dingin. Akhirnya turun nyari angkot di jalan raya Bogor – Puncak. Cuman pasukan Panjat Pinang tetap pengen genjot lewat jalan raya, gue dan sebagian genjoter naik angkot ke Sederhana, sudah nggak kuat dan dingin bow. Sampai di Sederhana jam 18.00, tepat 11,5 jam setelah start naik angkot menuju ke Cibodas.

Peta di bawah adalah gambaran detail track Cibodas Rindu Alam. Silahkan di-klik untuk gambar yang lebih besar.