Friday, December 29, 2006

Cikole Jayagiri 23 December 2006




"Kalo hujannya lebat kayak gini, besok sepedaannya tetap jadi, Kak?" begitu pertanyaan Arin istriku sewaktu kami bertiga (gue, Arin, & Sophie si kecil) menembus hujan lebat di tol Cipularang sehari sebelum genjot. Gimana gak grogi, jam 5 sore serasa jam 8 malam saking lebatnnya hujan. Angin kencang bertiup dan lampu mau gak mau harus dinyalakan. Tapi gue dengan pedenya menjawab: "Jadi dong Bunda, kalo ini mah gak ada apa-apanya". Hehehe, padahal sebenarnya hati ini ciut juga ngeliat alam yang sedang bergejolak. Apalagi track yang bakal dilalui adalah di sepanjang kaki Gunung Tangkuban Perahu. Hiiii, serem.

Yah udah, besoknya tepat jam 7 pagi gue keluar dari hotel dengan perlengkapan siap tempur. Gak lupa jemput Alif di Tikukur yang kebetulan lagi cuti dan pengen ikutan genjot. Rencananya sepeda di pinjemin teman-teman BAMs (thanks Kang Anto atas pinjaman sepedanya). Abis jemput Alif, kami sarapan Ketupat Sayur Padang rasa Sunda kemudian baru ke Babakan Siliwangi. Cuman sayangnya teman-teman yang tembak langsung dari Jakarta pada belum datang. Kata Cheppy arus lalulintas lagi rame banget akibat long week end. Malah rombongan Tony dan Cak Nur kena hambatan di jalan, radiator mobilnya bocor jadi mesti minum setiap beberapa menit.


Sok-sokan Nge-DH Dengan Setting XC

Sehabis semuanya sepeda di loading, perlengkapan dicek ulang lagi, GPS disetup aquired satelitnya, rombongan akhirnya berangkat juga. Kali ini cukup rame, rombongan Jakarta aja ada 30 sepeda. Ditambah BAM, Zero Two Two, dan JDC mungkin totalnya bisa 50-an lah. Pasukan berangkat jam 10.15 (akhirnya) dengan 4 pickup pengangkut sepeda plus 1 pickup yang khusus ngangkut orang. Nggak lewat Setiabudi, kata si Kumis mending lewat Dago Pakar biar gak kejebak macet. Tiba di Cikole jam 11-an dan langsung re-loading di track Cikole paling atas.

Cuaca cukup mendukung, belum hujan tapi track agak basah akibat siraman malam sebelumnya. Ternyata diujung track teman-teman atlit Pengda Jabar juga sedang latihan dipimpin oleh Om Chandra. Dengan sedikit paksaan, Om Chandra didaulat untuk memberikan sedikit tips & tricks melewati track DH di musim hujan. Gue sebenarnya malu juga karena salah kostum. Seharusnya pake setting DH, setidaknya AM lah, eh ini hanya pake XC rig. Apalagi si Alif, sepeda pinjamannya pake flat bar, sangat jauh dari proper rig buat medan ini. Tapi gak apa-apalah, seperti biasa diniatkan buat nyoba track ajalah. Kalo ada yang extreme cukup TTB lah. Cuman kasihan dengan para atlit, speed mereka gak bisa kencang-kencang karena buanyak si komo yang lagi TTB, heheheh. Foto di samping adalah Om Toni Raja Minyak yang lagi in action dengan helm TRD merah dan wheelset DT Swiss merah juga :)

Tracknya sangat terpelihara, mungkin karena jadi ajang atlit latihan. Berm dan obstacle yang ada cukup variatif. Slope gak seterjal dibanding track Gunung Pinang di Cilegon, cikole mungkin 60-80 % lah kemiringannya. Kami aja yang kurang pede, ditambah ban yang salah kostum juga (gak ngegigit sama sekali). Beberapa genjoter udah jumpalitan sebelum separuh jalan. Ada juga yang udah kayak robocop dengan full face helm dan full body protection tapi masih aja TTB. Maklum, kebanyakan emang MTB Logay, loba gaya hehehehe. Akhirnya track yang biasanya ditempuh selama 5 menit menjadi sekitar 15-20 menit. Apalagi ada beberapa genjoter yang sibuk gaya kayak foto model salah kostum, gak mau kehilangan momen di track :)


Gue akhirnya nyoba 2 kali track Cikole 1 dan 2, soalnya ban udah keburu jadi donat gara-gara hujan yang membasahi tanah dan membuatnya makin liat. Teman-teman yang lain ada yang sampe 4 kali, kalo gak dibatasin mungkin sampe mabok kali naik turun track ini. Jam 14.00 diputusin untuk udahan karena mo lanjut ke Lembang makan siang.

Cikole Lembang via Jayagiri 2

Setelah bersusah payah ngumpulin gerombolan acak adul ini, akhirnya jam 14.30 rombongan bergerak turun. Track yang dipilih oleh teman-teman BAM adalah Jayagiri 2. Lumayan juga, berbatu seperti track di Puncak Bogor tetapi slope-nya lebih terjal. Yang pake full suspension mungkin bisa turun sambil bersenandung, tapi tidak buat pemakai hardtail karena mesti mengatur sepedanya dari goncangan. Sempat nunggu bentar di warung (tapi gak ada yang nunggu) buat nungguin rombongan yang tertinggal di belakang, sambil foto-foto narsis.

Setelah ngumpul lagi, baru deh dikebut turun. Yang ini juga masih berbatu, sesekali track tanah. Maklum dulunya kan akses ke perkebunan dimana jalannya hanya ditutup batu tanpa di aspal. Hati-hati dengan beberapa perpotongan track. Kalo gak hafal bisa-bisa tersesat dan keluarnya bukan di Lembang. Tapi sebenarnya sih gak perlu takut karena toh tembusnya di jalan raya Lembang - Cikole juga, jadi kalo tersesat tinggal ngikutin jalan raya aja ke arah Lembang.

Tiba di Lembang waktu sudah menunjukkan pukul 15.00. Ayam Goreng Brebes yang jadi korban kali ini menjadi riuh rendah akibat puluhan genjoter yang nggak bisa diam walaupun mulut sudah disumpal dengan makanan. Bayangin, hampir 40 orang datang serentak, kotor, dan ribut pula. Siapa yang tak gentar menghadapi gerombolan ini kekekeqqq.

Lembang - Dago via Maribaya

Jam 16.00 tepat, perut kenyang dan hati riang :) Tapi masih ada PR karena mesti balik ke Bandung lagi. Aldi BAM yang menjadi captaint kali ini mengajak turun lewat Maribaya dan langsung disetujui oleh semua genjoter. Dari Lembang ke Maribaya 100 % on road, melewati jalan raya Gunung Batu, 80 % turunan selebihnya tanjakan yang masih genjotable lah. Sebelum pintu gerbang Maribaya, berbolek ke track off road (berbatu) yang merupakan jalan tembus ke Dago Pakar. Track batunya hanya pendek sampai jembatan, selebihnya paving block sampai ke gue Jepang. Gak kebayang kalo genjot dari Dago Pakar ke Maribaya, pasti jadi Ngehe' kuadrat saking panjang dan tingginya.

Karena habis hujan, perlu ekstra hati-hati meliwati paving block yang sudah mulai berlumut dan basah. Bisa-bisa nyungsep ke sungai Cikapundung kalo gak eling genjotnya. Pas nemu gue Belanda (sebenarnya gue Jepang ato Belanda sih?), kembali lagi semua bergaya bak peragawan dan pragawati. Berlomba-lomba ngambil pose buat di foto. Padahal kalo ingat umur pasti malu sendiri lah.

Dari Dago Pakar ke Babakan Siliwangi totally on road lewat Dago Juanda. Sempat juga bernostalgia ngeliat kos-kosan gue dulu di Dago Barat yang sudah mulai padat dengan warung dan angkot. Akhirnya jam 17.30 rombongan sampai di Babakan Siliwangi, disambut dengan hujan yang derasnya minta ampun seperti yang dibayangin istriku sehari sebelumnya. Benar kan, gak perlu apriori di awal tentang cuaca. Buktinya selama perjalanan hujannya cuman di awal dan di akhir trip, dan semuanya happy bisa genjot di kaki gunung Tangkuban Perahu. Thank a lot BAMer's, we do appreciate your kindness...




Sunday, December 17, 2006

Enhance Your Genjot Story with Google Earth

Apa saja yang anda pernah lakukan dengan Google Earth? Bisa ngeliat bentuk rupa bumi seperti astronot di luar angkasa. Atay seperti pilot pesawat terbang yang sedang ngintip atap rumah kita di ketinggian 1000-2000 meter. Contohnya gambar disamping, menunjukkan lokasi kantor gue. Bisa ketebakkan daerahnya :)

Selain itu apalagi? Apa bisa membantu aktifitas genjot kita? Jawabannya: "So Pasti bisa". Seperti yang sudah sering gue lakukan dan posting di blog ini. Kita bahas agak detil aja yah.

Overlay Your GPS Track

Apa peralatan yang dibutuhkan? So pasti GPS dong. Pake GPS yang punya capability untuk merekam track. Gimana cara taunya, yah baca spek-nya sebelum beli ato menggunakannya. Kalo Garmin, bisa pilih minimal eTrex Legend atau Vista, bisa yang hitam putih atau berwarna juga OK. Tapi jangan pake yang versi eTrex doang karena gak bisa nge-upload atau download peta. Kalo pake GPS Magellan, setidaknya pake tipe Explorist. Google Earth sampai saat ini hanya men-support Garmin dan Magellan. Kalau merk lain gue belum pernah nyoba, mungkin bisa kali kalo setting-nya dibuat seperti Garmin ato Magellan.

Softwarenya bagaimana? Agar bisa meng-upload track yang sudah terekam di GPS, Google mensyaratkan menggunakan versi bayarnya, Google Earth Plus dan atau yang Pro. Keduanya mendukung fungsi transfer data dari GPS ke komputer. Cuman sayangnya hanya bisa satu arah, transfer data dari komputer ke GPS belum bisa dilakukan dengan Google Earth.

Bagaimana cara mendownload data dari GPS? Just follow step-by-step di bawah ini:
  1. Sambungkan GPS ke komputer, bisa pake USB atau serial cable tergantung jenis GPS-nya.
  2. "On"-kan GPS, tidak perlu menunggu GPS mencari satelit seperti ketika sedang di lapangan
  3. Di "tools" menu, pilih "GPS" dan akan muncul windows seperti gambar di bawah
  4. Pilih GPS Manufacture yang sesuai (garmin atau Magellan)
  5. Pilih data yang akan di-download/import
  6. Pilih drawing preferences. Secara default, tracks dan route diset sebagai garis tetapi anda bisa mensetnya sebagai icon
  7. Atur pengaturan ketinggian (altitude). Bila yang dipilih adalah "Adjust altitude to ground height", semua titik yang ada di track atau route akan diset ke 0 m (permukaan air aut). Jika tidak, data ketinggian yang dipakai adalah data yang ada di GPS.
  8. Ketik OK dan data anda sudah ada di screen google earth.
Add Additional Features

Ada bisa menambahkan digitized track pada map yang sudah ada. Misalnya ingin menambahkan jalan raya biar bisa tampil dengan GPS track yang sudah ada. Caranya klik menu "Add", klik "path", dan mulailah membuat track yang diinginkan dengan menggunakan mouse.

Selain track, bisa juga menambahkan suatu area, misalnya danau. Tinggal clik "add polygon" dan silahkan trace danau yang akan di masukkan ke map.

Contoh di bawah adalah contoh track yang ada di hutan UI dilengkapi dengan beberapa additional features mencakup: single track, UI ring road, dan beberapa point of interest.

Thursday, December 14, 2006

Tajurhalang Gunung Salak


Tadi pagi terima email di milis ngajakin genjot di Tajurhalang, kaki Gunung Salak sebelah Utara. Terus keingat, kayaknya gue punya track map-nya tapi belum pernah diposting di sini.

Track ini sebenarnya baru sekali gue lalui di awal tahun 2006. Waktu itu bareng anak-anak H4 (hahahihi): Kur, Eko, Tony, JT, Pu3, Arya, Edy, Bucan, dll. Janjian ngumpul di Bank Lippo depan Istana Bogor terus naik naik angkot ke arah Cijeruk. Entar di pertigaan Cijeruk minta si angkot masuk ke arah desa Tajurhalang, terus sampe mentok di dekat kebon teh. Dari situ mulai deh meluncur.

2 km pertama nanjak dulu ke pucuk kebon teh, dari situ baru downhilling ngikut single track di sela-sela kebon teh terus sampai ke desa Tajurhalang. Sampai di sekitar baling-baling bambu kudu nanya ke penduduk biar gak masuk ke track onroad Cigombong-Bogor. Untung ada Kur yang mimpin rombongan, doi lumayan sering maen di sekitar daerah ini jadi cukup ngerti lah daerahnya. Nah, dibawah ini para genjoter lagi mejeng. Eh lupa, ada Heru Tebet ternyata.


Genjot keluar masuk desa dan akhirnya keluar di Cijeruk Hilir. Terus masuk kompleks yang namanya gue lupa (ada portal) nanti nembusnya di pinggir anak sungai Cisadane. Masuk jalan desa lagi, eh nongolnya di perumahan elit yang namanya gue lupa juga. Dari sini udah masuk daerah kota Bogor, tinggal genjot ke arah Istana Bogor. Jangan lupa mampir makan ayam goreng yang banyak bumbunya, dimasak a la Sunda.

Silahkan click peta di bawah untuk map detailnya.

Tajurhalang North
Tajurhalang South

Tuesday, December 12, 2006

JUMP..... !!!!

Ada clip bagus nih buat penggemar lompatan tinggi. Diambil dari http://www.youtube.com/watch?v=4RkIQFDYaXE

Thursday, December 07, 2006

Cicatih Riverside Track 06 December 2006.... Gagal Total :(

Sebulan yang lalu Om Gajah dari Cherokee Adventure, pebisnis wisata Arung Jeram di SUngai Cicatih Sukabumi, ngajakin genjot di seputaran sungai Cicatih. Wah senangnya, karena kebayang tracknya pasti nikmat. Selama ini belum pernah genjot di sana, taunya rafting aja. Kalo diliat dari atas perahu karet, kayaknya pasti bagus track-nya. Makanya begitu ada undangan dari Om Gajah, langsung deh diforward ke milis MTB-Indonesia. Peminatnya langsung membludak, ada 40-an orang :)

Malam sebelum keberangkatan, semua peralatan dicek. Drive train sepeda diminyakin, peralatan tempur dimasukin ke Camelbak, First Aid Kit dipastiin gak ada yang kurang, izin dari istri juga sudah di tangan. Abis beberes, jam 10 baru masuk ke peraduan... zzzzzz.

Bangun tidur jam 04.30 shalat subuh dulu. Terus bongkar sepeda biar bisa dimasukin ke mobil. Tapi koq ada yang aneh yah, Avansa yang biasanya ada di pekarangan koq gak keliatan. Ahhh, mungkin Arnold adik iparku belum pulang kali. Semalam doi pinjam mobil mo maen futsal. Siapa tau keterusan nongkrong sampe pagi. Kembali ke dalam rumah makin aneh lagi, koq kunci Avansa tergantung di dinding yah? Langsung ke kamar atas ngeliat apakah si Arnold ada ato tidak. Jantung rasanya mo copot waktu ngeliat Arnold asyik tidur. Habis itu semuanya langsung heboh, MOBIL KAMI DIGONDOL MALING :(

Maling professional banget. Pagar digembok segede bagong, alarm dan kunci stir terpasang. Tapi bisa-bisanya mereka membobol semua pertahanan. Sebenarnya malam itu gue sempat denger ribut-ribut seperti orang terburu-buru ngeluarin mobil. Cuman perkiraannya Pak Wahyudi tetangga depan yang buru-buru ke rumah sakit, istrinya sudah beberapa hari masuk rumah sakit. Makanya gak bangun, cuman niat doang nanti sore mo jenguk ke rumah sakit. Eh... ternyata mobil sendiri yang raib.

Anyway, kayaknya gak perlu berlama-lama terpuruk dalam kesedihan deh. Selain mobilnya diasuransikan, kami juga udah ikhlas koq. Yang penting ke depannya gimana biar gak kehilangan lagi. My genjot must go on terus toh.

Nih, ada titipan track map genjot di Cacatih kemaren. Thanks buat Om Ozy yang udah ngirim track mentahnya. Mohon maaf hanya bisa ngegambar 75% dari total track berhubung peta Bakosurtanal daerah Selatan track belum ada di database. Entar deh gue maen ke Bakosurtanal biar bisa dapatin lembar-lembar peta yang berpotongan dengan garis pantai Selatan Jawa.

Monday, November 20, 2006

Gunung Palasari - Manglayang, 18 November 2006



Pernah gak ngerasain tangan udah pegel banget nahan handle bar saat downhilling padahal turunannya belum abis-abis juga. Kalo belum, cobain deh track full DH di kaki gunung Palasari Bandung Timur. Tracknya edan pissaaannn, ada 3 session DH track ditambah dengan track menurun yang penuh dengan technical. Biar lengkap kayak STMJ, tersedia tanjakan buat para penikmat uphilling.

Sebenarnya ajakan genjot di Manglayang ini udah datang sejak bulan puasa oleh dedengkot Roger Bagen, Kang Aris Roger-03. Siapa sih nggak ngiler ngeliat foto-foto yang diposting di salah satu thread di Sepedaku.com. Akhirnya disepakati untuk melakukan napak tilas trip di kaki Gunung Palasari-Manglayang, apalagi ditambah bumbu-bumbu turunan yang lezat dan aduhai.

Tepat jam 04.55 gue udah ngambil tiket tol Bintaro, bergerak cepat menuju Bandung. Jam 07.15 udah di Babakan Sukatma Cicaheum tempat parkiran mobil, lebih cepat dikit dari yang punya gawe. Namanya juga undangan, kudu lebih sigap toh:) Sambil nunggu genjoter yang lain, nyari nasi kuning dulu ah. Ternyata banyak juga peserta trip kali ini. Pasukan inti adalah barudak Terjal (Telusur Jalur Liar), komunitas pencinta MTB di seputaran Cicaheum. Mereka ber 20-an orang ditambah Roger Bagen (Rombongan Graha Bareng-bareng Genjot) 2 mobil, Jhoni Qesrek, gue, dan 4 orang dari Geger Kalong. Track sepenuhnya adalah hasil survey teman-teman Terjal.

Nanjak Dulu, Baru Turun

Sesuai rencana semula, sepeda diangkut dengan Colt ke Caringin Tilu, tempat start trip ini, melewati Padasuka - Pasir Layung sampai nun jauh ke Utara. Ada aja yang iseng genjot ke sana. Walaupun on road tapi nanjaknya minta ampun. Daeng Nahar dan Pak Joko yang terkenal dengan tim Panjat Pinng tidak mau kalah dengan barudak Terjal yang emang setiap trip pasti genjot ke atas. Walhasil Pak Joko berhasil sampai duluan dan Daeng Nahar terpaksa dievakuasi pake mobil. Salut buat barudak Terjal yang dengan tenang menikmati tanjakan ini.

Setelah briefing dan berdoa, perjalanan dimulai. Tidak tanggung-tanggung, awalan tanjakan sepanjang 1,5 km harus ditempuh untuk bisa menikmati downhill yang pertama. Setiba di tempat start DH, ternyata baru sadar kalo lokasi ini sangat dekat ke Cibodas - Lembang, suatu dataran subur di Timur Maribaya tepat di Utara Patahan (sesar) Lembang yang terkenal itu. Wah, lain kali mesti dicoba genjot dari Cibodas aja, mobil bisa masuk koq lewat Maribaya.

Satu per satu genjoter melaju turun di track DH pertama ini. Tracknya gak terlalu panjang, mungkin hanya beberapa ratus kilometer, tapi cukuplah buat membalas tanjakan di awal trip. Cuman sayang track-nya tidak steril dari Offroader Motocross, ditambah dengan track yang berdebu karena ternyata di Bandung udah lama nggak turun hujan. Dipertigaan Cibodas - Oray Tapa, Kang Ricky sempat mengabadikan laju turun genjoter dengan Handycam.

Ternyata turunannya lanjut lagi 2 km lebih, semuanya di bawah kerindangan pohon pinus. Hati-hati dengan v-groove di sepanjang track. Kalo nggak hati-hati bisa bikin nyungsep. Mudah-mudahan ini bukan akibat ulah gerombolan motocross tapi lebih karena jalur air yang sejajar track. Selebihnya, turunan ini nikmat sekali. Bener kata Joni, bisa bikin orgasme kekekeqqq. Kenikmatan berakhir di pertigaan,ambil jalur ke kiri ke arah Oray Tapa. Kalo ke kanan bisa turun ke Padasuka lagi.

Turunan Kedua

Ke arah Oray Tapa, tracknya berubah dari single track menjadi jalan berbatu seperti track di Rindu Alam. Juga berubah dari turunan menjadi tanjakan, maklumlah udah diiming-iming barudak Terjal bahwa di depan ada turunan dasyat. Cuman koq tanjakannya panjang amat yah? Apalagi tepat di Pintu Gerbang Oray Tapa track berubah lagi menjadi single track yang berdebu. Untung di pertengahan punggungan pasukan berhenti untuk makan siang di Pondok. Salut buat barudak Terjal yang siap dengan dengan perlengkapan shalat, jadinya gue ikutan Dhuhur walaupun dengan bertayammum. Sebelum cabut dari Pondok, operasi semut dilakukan biar nggak ninggalin sampah. Sekali lagi two thumb ups buat Terjal, baru kali ini gue ngeliat komunitas MTB yang sangat peduli lingkungan.

Dari Pondok perjalanan menanjak dan menanjak. Waktu ditanya kapan tanjakannya abis, yang ditanya hanya bisa tersenyum. Rupanya emang tujuannya ke arah start turunan panjang. Jaraknya hanya 2-3 km tapi waktu tempuh bisa sejaman. Untung waktu ketemu hutan Pinus, penyiksaan ini berakhir. Tanjakan dibalas turunan panjang.

Track downhill ini cukup panjang, hampir sekitar 5 km. Dua kilometer pertama genjoter disuguhi speed DH di sela-sela pohon pinus. Sayangnya karena kemarau panjang, track menjadi berdebu dan harus jaga jarak biar gak mandi debu. Nah, di sini nih yang tangan pegel banget tapi turunannya gak abis-abis juga. Perlu istirahat beberapa kali biar tangan bisa recover mengontrol handlebar. Kalo kagak, bisa-bisa cengkaraman melemah dan bisa tahu sendiri lah kelanjutannya.

Habis istrihat sambil ngeliat beberapa barudak Terjal yang nyoba mau ngelompatin parit tapi batal, perjalanan lanjut lagi dan so pasti tetap downhill. Kemiringan makin terjal, malah sempat membuat beberapa genjoter keplanting. Gue sendiri gak sampe jumpalitan sih, tapi sempat pelipis nabrak ranting pas di samping ujung mata. Nggak kebayang deh kalo posisinya masuk dikit, bisa-bisa lebih fatal akibatnya.

Turunan Maut

Diujung track, genjoter disuguhin dengan turunan dengan kemiringan > 100%. Butuh nyali dan skill yang bagus. Pantat kudu ditaruh di belakakng banget, kalo nggak bisa mlejit ke depan. Panjang track turunan ini gak seberapa, mungkin seratusan meter.

Ada dua jalur paralel, yang pertama berbatu dan banyak tonjolan akar pohon. Yang kedua lebih bersih tapi banyak ada anak tangganya. Gue ngambil track yang kedua aja, yang penting lurusnya biar bisa ngontrol handle bar. Kalo track pertama mesti zig-zag menghindari batu dan akar. Two thumbs up sekali lagi buat barudak Terjal, handling manstaff banget euy. Nanjak OK, turunan juga OK. Hampir semuanya bisa ngelibas track pertama.

Untungnya lagi gue di rombongan awal, jadi pada gak tau kan kalo di ujung turunan gue sempat TTB hehehe. Coba belakangan, bisa-bisa ditontonin para genjoter yang udah turun duluan.

Puas dengan turunan maut, rombongan lanjut lagi dengan track on-road. Sempat sekali berhenti di warung desa Arcamanik dan dua kali nanjak di dekat galian batu. Waktu sudah menunjukkan jam 15.30, mudah-mudahan target untuk nyampe di parkiran jam 16.00 bisa kecapai deh. Kata barudak terjal dari Arcamanik setidaknya butuh 30 menit lagi. Bisa aja sih, asal gak ada tanjakan lagi :)

Turunan Kebon Jagung

Setelah bersusah payah nanjak setelah lokasi penggalian batu, track menjadi lebih asyik karena banyak technical skill yang dibutuhkan waktu melintasi kebon jagung. Single track yang sempit, berundak, kebanyak di atas pematang yang kalo salah sedikit bisa hilang keseimbangan. Sempat ada yang jatoh sekitar 3 meteran, untung jatohnya pas kaki duluan jadi gak cedera sama sekali. Track yang ini juga mesti ditemenin sama yang sudah hapal daerahnya. Kalo nggak bisa-bisa tersesat dan arahnya malah menjauhi finish. Untung pemandunya (barudak Terjal) udah hapal di luar kepala, jadi resiko tersesat menjadi kecil sekali.

Pas sebelum desa Cikadut, track ini ditutup dengan jalur curam dan berbatu tapi asyik buat yang bisa melewatinya. Kuncinya cuman satu, gunakan kedua rem dan jangan terpengaruh untuk meluncur kencang ke bawah. Selain itu posisi badan dijauhkan ke belakang seperti sebelumnya biar titik berat keseluruhan menjauh ke belakang juga. Dengan kecepatan yang bisa dikontrol dan titik berat berpindah ke belakang, Insya Allah kenikmatan track ini bisa dirasakan.

Sekali lagi rombongan beristirahat di desa Cikadut, ada warung es campur sih :) Padahal waktu sudah menjukkan jam 16.00, berarti target hanya meleset beberapa menit. Soalnya sehabis Cikadut jalurnya on-road dan menurun. Cuman perlu nahan nafsu bisa gak balapan on-road karena lalu lintas cukup ramai. Akhirnya pasrah aja beriringan saja.

16.15 tepat rombongan tiba di parkiran. Lega rasanya udah bisa nikmatin track yang lengkap. Ada tanjakan, turunan, turunan maut, technical, dan on-road. Apalagi lega karena bisa shalat dan disuguhin sirup dingin di rumah Kang Aris. Ternyata doi emang dari lahir besar di lingkungan ini, kelamaan dikit bisa jadi preman Cicaheum kali :) Heheheh becanda Om. Anyway, thanks for the best hospitality. Lain kali ajak-ajak lagi yah.




Thanks buat buat Barudak Terjal yang udah nemenin nanjak dan turun. Juga buat Roger-Bagen, terutama buat ajakannya dan foto-fotonya. Seperti biasa, silahkan akses track map di bawah.




Palasari North
Palasari South


Double click gambar di atas untuk untuk yang beresolusi tinggi.

Thursday, October 19, 2006

Giant Reign 2007 is Now Available @ Sinar Bangka


Setalah bayar XT07, iseng nanya ke Aang kapan Reign 2007 available. Eh, doi langsung nunjuk ke dinding sambil:Udah datang Pak, tapi hanya ada 2 masing-masing size M & S. Wah, refleks kepala langsung menoleh ke daerah yang ditunjuk oleh telunjuk si Aang. Ahaaaa.... bener, ini dia frame yang gue idam-idamkan. Warnanya abu-abu campur hitam, persis seperti yang ditampilkan di website Giant.

Yang sudah masuk di Aang adalah Frame Reign 2007 tanpa embel-embelX dibelakangnya. Artinya yang ini versi travel 6.0 inchi, dilengkapi dengan rear shock Fox RP3. Suspensi depannya nanti kudu dipasangin dengan fork bertravel segituan juga, bisa Rock Shox Pike (140 mm), Manitou Nixon (145 mm), atau Fox 36 (150 mm).

Cuman apa daya, gue cuman bisa gemetaran nahan untuk tidak ngegesek. Lha wong Lebaran aja masih beberapa hari lagi, bisa-bisa habis tuh THR hanyak untuk nebus frame. Entar ikutannya bisa berabe, bisa nambah gesek buat fork, wheel set, dan perintilan kecil lainnya. Sabar Go.... sabar. Habis lebaran deh kita sikat abis semuanya... hehehehe.

Shimano XT 2007



Tadi baru maen ke BAB, ceritanya mo nyari Shimano XT RD dan shifter. Eh, ternyata udah pada habis diborong Sninar Bangka, PD Mini, dan Formula. Trus langsung deh melakukan phone research, cari tahu dimana harga termurah. Setelah di-compare, ternyata Sinar Bangka yang paling murah. Si Aang ngejual RD XT 2007 Rp 400 rebu sedang shifter-nya Rp. 500 rebu. Coba bandingkan dengan harga Formula, RD 425 rebu sedang shifternya 550 rebu. Sebelum keluar BAB sempat nanya ke penjaganya berapa kira-kira harga RD XT 07, katanya sih paling murah 550 rebu.

Langsung deh gue meluncur ke Roxy sampe di sana barang langsung ditebus dari Aang. Sekalian juga beliin Nyoman Duri shifter LX 2007 (300 rebu) dan RD XT 2007. Gue bayarnya pake credit card, gak kena charge 3% lho.

So tunggu apalagi, yuk buruan beli maenan baru. Review product-nya nanti gue tulis setelah trip genjot ke Cikole Lembang. Sabar yah...

Thursday, October 12, 2006

Custom Logo

Baru surfing di seantero web, eh nemu tools menarik di Ngoprek Web buat bikin logo gaya Google dan Yahoo.









Gampang koq caranya, tinggal masuk ke sini terus ketik aja kata yang ingin ditransfer. Selamat mencoba.

Eh, setuju gak kalo salah satu logo diatas dijadiin logo blog-ku ini?

Friday, October 06, 2006

Genjot di Hutan Jati Gunung Pinang Cilegon


Sebenarnya ini trip lama, cuman baru sempat nulis sekarang. Peta di atas adalah petunjuk arah ke Gunung Pinang. Silahkan di-klik untuk versi gedenya.

Beda rasanya genjot di hutan jati Cilegon Timur dibanding Puncak atau Gunung Salak. Di sini tracknya variatif sekali. Ada track DH yang terjal dan ada pula XC yang menantang dengan beberapa obstacle yang membuat adrenalin terpompa keluar. Selain itu, klimat-nya juga berbeda. Panas tapi gak kepanasan :)

Sabtu 5 Agustus 2006 jam 06.00 pagi jemput Mbak Scarlett O'Hara di Bintaro Plaza, terus sarapan bentar lalu ngejar rombingan Om Devin yang udah meluncur di tol Jakarta - Merak. Di tengah jalan nyalip rombongan Pak Eko dan Ferry Orang Hutan beserta para downhillers. Sekitar jam 07.30 akhirnya tiba juga di pintu tol Cilegon Timur. Di sana sudah menunggu Pak Didi dari Komunitas MTB Cilegon dan rombongan Om Devin. Langsung deh meluncur ke lokasi yang berjarak sekitar 4 km dari pintu tol. Dari kejauhan terlihat bukit hutan jati yang ditandai dengan menara Telkom di Puncaknya. Sempat ciut juga karena kebayang bakal nanjak mendaki bukit tersebut.

Ternyata gue dan mbak Scarlett gak telat-telat amat. sekitar 30 menit kemudian rombongan Gading Serpong (minus Ietjung yang lagi genjot di UI) dan Karawaci pada berdatangan. Rame juga jadinya, mungkin ada sekitar 20-an orang yang bakal mencicipi track hutan jati ini. Tuan rumah menawarkan apakah mau mencoba track DH atau XC. Hampir semuanya milih ke DH dulu biar bisa nyoba semua track. Sehabis Safety Briefing dan berdoa, akhirnya petualangan dimulai juga.

Track DH

Track ini dimulai dari puncak bukit di dekat menara Telkom. Nah untuk ke titik itu perlu perjuangan. Para genjoter disuguhi pemanasan yang lumayan "panas" karena harus genjot nanjak sepanjang 2 km. Dan parahnya lagi, nanjaknya onroad di atas aspal. Sekitar 500 m dari pintu gerbang ketemu dengan persimpangan track XC. Banyak genjoter yang goyah imannya untuk tidak lanjut ke track DH tetapi langsung mencoba track XC. Sebagian besar tetap lanjut ke rencana semula menuju ke menara Telkom. Lumayan berat juga walaupun di atas aspal, untung jalannya ditutupi oleh kanopi hutan jati yang rindang. Lagi hot-hotnya genjot, eh para downhiller lewat diangkut pake pickup ke titik start. Curang ini namanya... :) Atau mungkin cara ini yang lebih cerdas kalee. Lain kali mending minta diangkut pake mobillah ke puncak bukit yah.

Surprise juga setibanya di titik start. Ternyata di sana sudah tersedia panggung start semi permanen kemudian beberapa gundukan tanah dan berm yang sudah disiapkan tuan rumah. Beberapa DH-ers mencoba suguhan tuan rumah meloncati rintangan yang ada. Setelah puas, giliran XC-ers yang langsung mencoba track. Sekitar 50 m setelah start, genjoter langsung disuguhi track yang menurun, berbatu, campur dengan licinnya guguran daun jati. Diperparah lagi dengan kondisi track yang kering sehingga banyak batu/tanah lepas yang membuat handling sepeda harus lebih manstaff. Kalo nggak bisa nyungsep ke semak ato nabrak pohon.

Setelah itu genjoter disuguhi dengan medan yang slopenya > 100 %. Bagi yang travel forknya gak sepanjang DH-ers, mau gak mau harus TTB termasuk Devin si raja XC. Speed berubah dari 40 km/jam menjadi hampir 5 km/jam sambil bergelayutan di pepohonan biar gak ngegelosor. Kalo gejoter yang pake setting DH mah gak perlu turun, turunan ini dilalap dengan lahap oleh mereka.

Setelah berjibaku dengan turunan terjal ini, selanjutnya lintasan lebih genjotable. Lebih landai dan penuh rintangan yang lumayan butuh skill untuk melewatinya. Genjoter yang tadinya sibuk memegang sepeda berubah menjadi sibuk menggenjot dan sesekali ber-bunny hop kecil melintasi rintangan. Di persimpangan track DH dan XC berhenti sebentar untuk merapatkan barisan sekalian menghela nafas sejenak. Perjalanan dilanjutkan ke jalur DH menuju ke perumahan Pejaten Mas(Cilegon). Sengaja gak masuk ke jalur XC karena setelah finish mau naik lagi untuk nyoba trek XC.

Keluar dari hutan panas Cilegon baru terasa menyengat tubuh. Untung hutannya rimbun, kalo gak bisa kebayang DH sambil panas-panasan. Dari perumahan sepeda digenjot onroad ke arah finish di kantor Perhutani yang notabene juga menjadi tempat start.

Track XC

Track XC ini startnya 300 meter dari pintu gerbang kawasan Gunung Pinang, ditandai oleh papan penunjuk arah track di sebelah kiri jalan. Track ini sebelumnya adalah jalan setapak pengawasan hutan jati, kemudian diperluas/diperbaiki oleh teman-teman Komunitas MTB Cilegon sebagai track XC. Two Thumbs Up buat mereka.


Track didominasi oleh track tanah dengan beberapa rintangan yang sangat menantang. Ada jembatan bambu dan beberapa gundukan DJ yang handicap-nya cukup berat. Walaupun di tracknya tanah, tetap mesti berhati-hati kalau kebetulan banyak daun jati yang menutupi track. Ban bisa slip kalo kebetulan melintasi guguran daun jati. Mungkin di musin hujan juga agak berlumpur, tapi saat gue di sana tracknya lagi kering banget. Maklum masih di pertengahan musim kemarau. Di tengah track terdapat persimpangan ke arah track DH. Untungnya papan penunjuk arah yang dibuat teman-teman Cilegon cukup lengkap sehingga tidak membingungkan genjoter. Mungkin ini track yang paling informatif yang pernah gue genjoti di seputaran Jawa Barat.

Di akhir track, genjoter disuguhin technical section genjot di kali mati yang berbatu. Gak tau apakah kalinya berair di musim hujan, yang jelas cukup menantang untuk dilibas. Akhirnya track finish di Pos Perhutani.


Berhubung gue belum punya peta topografi daerah di sekitar Serang - Cilegon, terpaksa detail track di-overlay dengan image Google Earth aja yah. Silahkan di-klik lalu di-save untuk yang pengen maen di sana.

Wednesday, October 04, 2006

Giant Reign X 2007



November nanti Giant bakal ngeluarin versi teranyar dari Reign X, all mountain bike yang dipuji dibeberapa majalah MTB beberapa bulan terkahir ini. Reign X ini mempunyai travel 6,7 inch melengkapi Maestro Suspension System yang mumpuni, berbeda dengan versi sebelumnya hanya 6 inch. Juga dilengkapi dengan Fox DHX 3.0 coil rear shock.

Untuk Reign X1, kaki depan diperkuat dengan Fox 36 Vanilla R (160 mm), gruopset-nya perpaduan antara SRAM X9 (RD), Shimano LX (FD) dan X7 shifter. Cranks Race Face Ride DH 24 / 36/ RG, dipadu dengan BB Race Face X Type External. Cockpit didominasi oleh Easton (handlebar Easton EA 50 low rise, stem Easton Vice 31.8). Hanya dengan rem cakram Avid Juicy 5 sudah membuat tunggangan ini bakal garang di medan laga. Dilego dengan harga $2,600 full bike.



Reign X juga dijual dalam versi frame only. Rasanya dengan $1,100 untuk frame ALUXX SL Aluminum w/ Maestro Suspension Linkage dan rear shock Fox DHX 3.0 tidak akan membuat pembelinya merasa rugi. Bisa dipadukan dengan fork yang ber-travel > 6 inch (150 mm) seperti Fox 36 TALAS, Marzocchi All Mountain SL, atau Rockshox Lyrik (katanya sih mo nyaingin Fox 36).



Tadinya gue pengen ngambil Reign biasa versi 2007. Dengan keluarnya versi "X" ini, kayaknya gue mesti sabar nunggu kali. Siapa tau awal tahun depan udah masuk ke Jakarta dan bisa langsung menggantikan NRS-G kesayangan gue. Doain yah....

Geometri detailnya seperti ini:



Monday, October 02, 2006

Top 10 Stupid MTB Tips 'n Tricks

Ide tulisan ini datang dan disadur bebas dari http://www.webmountainbike.com/top10stupmtb.html ditambah beberapa pengalaman pribadi :)

  1. Lupa mengencangkan quick release. Ini pernah terjadi di Gunung Pinang Cilegon. Waktu itu Deddy ENI terjatuh karena ban belakang lepas akibat quick releasenya gak kencang. Untung gak papa, padahal bisa fatal lho, apalagi kalo yang terlepas itu quick release roda depan. Sering-sering aja cek quick releasenya yah, termasuk waktu sedang istirahat.
  2. Quick release ketinggalan atau terlepas di angkot. Sering dialami teman-teman yang suka genjot di Puncak. Pas sampe di Rindu Alam, baru deh ketahuan quick release rodanya gak ada, entah tertinggal di Sederhana ato terlepas di tengah jalan. Kalo semangat masih tinggi, yah turun ke Sederhana lagi pake ojeq. Kalo gak semangat, batalin acara genjot dan turun dengan angkotnya Mang Dede. Kalo gue pernah ngalamin sendiri, cuman diakalin pake baut dan ring kecil yang dibeli di toko peralatan motor di Cipanas. Jangan ditiru tapi, berbahaya kalo tiba-tiba bautnya lepas di tengah jalan. Cuman waktu itu gue udah kepalang tanggung, untung gak knapa-knapa dan alhamdulillah berhasil menaklukkan Ngehe' 1 & 2 dan berhasil sampe di Sederhana. Tipsnya, kencangin quick release setelah roda di lepas.
  3. Roda Ketinggalan. Bah... jangan ketawa dulu, ini juga sering terjadi lho. Udah enak-enak keluar angkot, waktu mo pasang roda baru deh ketahuan rodanya kelupaan dibawah. Biasanya sih karena udah exited banget pengen genjot. Ngomong-ngomong malah pernah ada yang ketinggalan seat post lho :) Ayo ngacung..... Lain kali jangan terlalu bersemangat, barang sendiri jangan jadi tanggung jawab orang lain.
  4. Udah genjot beberapa kilometer, baru ketahuan helm lupa di bawah. Om Dodi TV7 pernah ngalamin hal ini. Bahayanya kalo terjadi incident, bisa celaka dua belas. Lain kali cek dulu seelum berangkat yah Om. Begitu turun mobil, langsung pake tuh helm, jangan disimpen di dalam mobil doang. Safety device yang lain jangan sampai ketinggalan juga, misalnya sarung tangan atau protector bagi yang senang loncat-loncatan.
  5. Baru sadar kalo ternyata cuaca sedang bersahabat, awan hitam pekat dan hujan bentar lagi turun dengan derasnya. Bersyukur kita punya Om DePe yang kadang suka ngirim Weather Forecast:) Acara yang tadinya dirancang hebat bisa jadi night mare kalo cuacanya tidak bersahabat. Apalagi ditambah lupa bawa jas hujan, payah bro. Hazard lain yang sangat berbahaya adalah petir, terutama yang genjot di daerah terbuka. Mangkanye sering-sering tuh liat ramalan cuaca.
  6. Minjem sepeda kawan tapi ternyata brake lever setting-nya berbeda dengan sepeda kita. Kadang kalo orangnya "kidal", kayak Om Igra, brake lever belakang ditaruh di sebelah kiri. Kalo kebetulan kita-kita yang "kadal" minjem sepedanya dan make di turunin, bisa kebayang kan jumpalitan karena salah mencet brake lever. Gue pernah ngalamin di JPG, jatuh di turunan kuburan. Om Kur juga pernah jatoh dengan kasus yang sama di Telaga Warna. Kalo minjem nanya dulu, jangan langsung genjot ah. Terus coba genjot beberapa putaran sebelum masuk ke track.
  7. Pas lagi asyik downhill, baru sadar rem gak berfungsi. Kayak Om Jonardy beberapa minggu yang lalu, untung doi bisa nyaingin Mc Gyver, brake pad belakang yang aus diganti dengan brake pad rem depan. Jadinya di turunan jalan pelan-pelan, tapi bukan karena ada si komo lewat :) Sering-sering cek brake pad, dan juga belajar cara ngegantinya. Jangan lupa bawa brake pad cadangan kalo genjot di gunung/hutan.
  8. Lupa bawa ban dalam cadangan dan pompa. Kebayang gak kalo hal ini terjadi di dalam hutan. Bisa-bisa dorong sepeda sampe finish. Belum tentu di setiap tempat ada tukang tambal ban. Lain kali bawa ban dalam cadangan plus penambal ban. Bisa aja kan kalo lagi apes ban sepeda kita bocor sampe lebih dari 2 kali. Eh kelupaan, pompa ban juga selalu dibawah yah, siapa tau gak bisa meinjem punya kawan karena ketinggalan dari rombongan. Apa bannya mau ditiup? kekekeqqq
  9. Dikejar anjing waktu genjot. Ini bisa terjadi kalo kita iseng ke anjing tersebut, misalnya iseng mo nabrak. Orang aja kalo mo ditabrak pasti marah, apalagi anjing. Eh... kebalik yah hehehe. Bisa juga karena terlalu berprasangka baik bahwa anjing itu binatang yang culun, sama baiknya dengan anjing tetangga. Eh nggak taunya sang anjing lebih galak dari tetangga. Tips-nya jangan terlalu positif thinking bahwa semua anjing itu baik, kadang kala negatif thinking bisa bikin kita selamat lho.
  10. Dikejar sapi/kebo waktu genjot. Gue pernah ngalamin ini di sawah di JPG, kebonya ngejar karena gue pake jersey merah. Untung ada kebonya diiket tali, kebayang gak kalo nggak keiket ato ikatannya lepas, pasti sama dengan matador gagal perang hehehe. Sejak itu gue gak pake jersey merah lagi. Sapi ama kebo kan bisanya ngeliat warna menyala doang seperti merah, kuning, ato orange.

Segitu dulu, ente-ente punya pengalaman yang lucu juga gak?

Basic Bike Maintenance Tools

Posting ini diambil di pembicaraan di milis MTB-Indonesia. Thanks untuk Om HPW yang udah ngizinin postingnya dipajang di sini:

On 10/2/06, andrihilman wrote:

Teman-teman,
Alhamdulillah akhirnya saya dapet sepeda second dari teman, tapi perlu dibersihan dan saya mau cat ulang framenya. Cuman mreteli sepedanya susah gak ya? apakah ada yang punya PDF mengenai cara bongkar sepeda sendiri?? (sampe ke bagian2 terkecil)

Dan toolsnya apa saja yang diperlukan ya? kebanyakan pake kunci L ya? Atau kalau ada di website tentang cara bongkar bongkir boleh dong saya dibagi URL nya.

Mohon pencerahannya,
@hilman


Terus dijawab ama Om HPW:

On 10/2/06, Hendro Purwanto wrote:
Om Hilman,
Sharing dikit....
Tools bongkar sepeda:

  1. Kunci L (allen key) komplit (dari 2 mm s/d 8 mm, kadang2 perlu 10 mm untuk buka baut crank). Mendingan pakai kunci L set yg panjang & bagus (jangan yg 10 rb-an), krn torsinya lebih besar & memperkecil resiko baut rusak.
  2. Kunci rantai. Jangan yg bikinan China. Minimum yg bikinan Taiwan.
    Crank puller (kalo as BB masih model lama/kotak)
  3. Kunci BB (ati2 pas buka BB, thread-nya kiri ama kanan beda....kalo salah bisa berakibat thread hancur & frame rusak)
  4. Tang kecil
  5. Alat untuk nyopot headset race (bisa juga pake obeng minus + palu)
  6. Palu karet (mallet) untuk masang headset race & nyopot as crank (kalo udah model integrated)
  7. Beberapa RD/FD masih pake kunci pas 8/9/10 mm
  8. Siap2 WD40 kalo ada baut2 yg nge-jam/macet.
  9. Sebaiknya punya tang potong untuk cable housing.
  10. Kunci pas untuk mbongkar hub. Beberapa merk hub (misalnya Mavic) perlu kunci khusus untuk mbongkar


Beberapa tips:

  1. Thread pedal kiri ama kanan saling berlawanan.
  2. Semua kabel (rem + shifter) diganti baru (termasuk housingnya). Harganya relatif murah, tapi terasa lebih nyaman
  3. Pasangin grip yg pake baut (velo 35 rb, atau ODI 200 rb), nyopotnya lagi gampang.
  4. Belajar dr teknisi. Nongkrong aja di Formula or Rodajaya or Bagus Bike or toko sepeda mana aja....liatin gimana cara teknisinya ngebongkar-pasang sepeda, termasuk bagian mana saja yg harus diberi pelumas. Habis itu baru dipraktekkan sendiri

Semoga membantu.

Rgds
HPW

Sunday, October 01, 2006

Pre-Ride Tune Up

Biar sepeda bisa dipake dengan nikmat saati genjot, berikut adalah pre-ride tune up ato sering juga disebut pre-inspection check yang wajib dilakukan. Hanya perlu waktu 5 sampai 10 menit koq:


  • Cek sambungan rantai. Kalo pake Power Link, cek apakah posisinya sudah benar. Jangan lupa minyaki dan kalau sempat sebelumnya dibersihkan ala kadarnya.
  • Cek angin ban depan dan belakang. Kurangi anginnya kalo terlalu keras, tmbah angin kalo terlalu empuk. Semuanya tegantung medan yang akan dilalui.
  • Cek rem depan dan belakang. Atur posisi brake lever ke posisi yang paling optimal. Kalo minjam sepeda orang lain, perhatikan posisi brake lever jangan sampai berbeda dengan setup di sepeda kita (biasanya brake lever depan di sebelah kiri)
  • Cek handle bar dan headset dengan cara digoyang-goyangkan. Kencangkan bautnya kalo terasa ada yang longgar.
  • Angkat roda depan lalu putar. Pastikan roda berputar dengan bebas. Kalau agak tersendat, coba cek brake pad. Jangan lupa cek kekencangan baut hub.
  • Angkat ban belakang lalu putar sama seperti ban depan di atas. Cek brake pad dan baut quick release.
  • Coba berkeliling sebentar dengan sepeda lalu naik turunkan RD dan FD, cek pedal (terutama yang clipless), dan coba ngerem. Atur posisi RD/FD kalo terasa perpindahan gigi kurang sempurna.
  • Cek perlengkapan darurat seperti tool kit, pump, ban cadangan (plus peralatan tambal ban bila perlu), pembuka ban. Gue biasanya nambah lagi pisau McGyver, bisa Leatherman ato Victorinox.
  • Kalo tripnya Nite Ride, coba cek lampu-lampu. Sebaiknya lampu sudah siap dipakai sebelum berangkat jadi perlu dalam kondisi fully charged.
  • Bawa doping (coklat, beng-beng, pisang, ato gula merah) dan air minum secukupnya.

Yang terkahir, berdoa sebelum berangkat. Selamat genjot.

Sunday, September 24, 2006

Basic First Aid for Mountain Bikers

Seperti janji gue di milis MTB-Indonesia, berikut adalah dasar-dasar teknik First Aid (P3K) yang kira-kira ada hubungannya dengan cedera yang mungkin terjadi saat sedang genjot.

D R A B C

Seorang well trained first aider pasti dan kudu ngarti cara melakukan DRABC sebelum melakukan pertolongan. Apa itu DRABC?

  • D = Danger, pastikan bahaya yang ada di sekitar korban dan penolong sudah dijauhkan/dihilangkan. Kalo gak bisa, pindahkan korban bila memungkinkan. Jangan pindahkan korban seandainya ada tanda-tanda cedera tulang belakang.
  • R = Response, cek apakah si korban bisa merespon panggilan kita. Bila korban tidak sadar, lakukan prosedur ABC lalu segera minta bantuan medis yang terdekat (klinik, puskesmas, dll.)
  • A = Air way, buka mulut korban dan pastikan jalan nafas tidak terhalang oleh benda asing. Jika tidak ditemukan benda asing, tetap usahakan jalan nafas terbuka.
  • B = Breathing, lihat, dengar, dan arsakan apakah korban bernafas setidaknya selama 10 detik. Jika korban bernafas, tempatkan korban dalam posisi yang nyaman. Jika tidak bernafas, lakukan Cardio Pulmonary Resusitation (CPR) dan segera cari pertolongan medis. Prosedur CPR bisa dilihat di sini: http://www.stjohn.org.au/quick_pdfs/cpr.pdf
  • C = Circulation, periksa aliran darah dengan cara melihat, mendengar, merasakan nafas korban, batuk, korban bergerak atau tanda-tanda kehidupan lainnya. Jika korban tidak sadar tetapi bernafas, posisikan dalam posisi yang nyaman dan segera cari pertolongan medis. Bila korban tidak sadar dan tidak ada tanda-tanda bernafas atau sirkulasi aliran darah, lakukan CPR dan segera cari pertolongan medis.
Silihkan klik link berikut mengenai step by step DRABC yang lebih lengkap: http://www.stjohn.org.au/quick_pdfs/handlinganemergency.pdf. Sebenarnya ada step "D" di link tersebut, cuman tidak mungkin dilakukan di arena genjot karena harus bawa alat Defibrilator.

Pendarahan

Untuk pendarahan kecil seperti luka gores, lecet di lutut, dll., bersihkan luka terlebih dahulu. Kalau ada air bersih (misalnya dari camelbak), siram luka dengan air tersebut sampai kotoran hilang. Kemudian bersihkan luka dengan alkohol (sekarang ini banyak dijual kasa beralkohol sekali pakai yang di-packing ringkas). Setelah itu semprotkan sprydien ato oleskan betadine. Tutup luka dengan kasa steril dan rekatkan dengan plester agar kasa tidak berubah posisi.

Untuk pendarahan besar, lepas pakaian di bagian yang luka atau gunting pakaian jika tidak bisa dilepas. Bersihkan kotoran yang ada lalu berikan tekanan terhadap luka dengan menggunakan kasa steril atau kain bersih. Bila terdapat benda asing di dalam luka, lakukan tekanan di sekitarnya saja. Baringkan korban dan posisikan bagian yang terluka lebih tinggi dari jantung. Berhati-hatilah bila diperkirakan ada tulang yang patah. Pasang kasa steril lalu bebat luka dengan mitela ato flexiband. Tambahkan kasa bila masih terlihat pendarahan, ulangi pembebatan. Detailnya ada di sini: http://www.stjohn.org.au/quick_pdfs/severe_bleeding.pdf

Patah Tulang, Keseleo, atau Dislokasi

Untuk patah tulang, ikuti prosedur DRABC. Tangani pendarahan lalu tutup luka. Periksa bagian yang patah dan minta korban untuk tidak menggerakkan bagian tersebut. Bebat bagian yang patahseperti yang di link berikut: http://www.stjohn.org.au/quick_pdfs/fract.pdf. Sebaiknya keseleo jangan diurut dan perhatikan jangan sampai aliran darah tertutup sama sekali oleh proses pembebatan.

Untuk dislokasi dan keseleo, lakukan prosedur DRABC lalu ikuti dengan RICE (bila memungkinkan):
  • R = Rest
  • I = Ice
  • C = Compression
  • E = Elevation

Cedera Tulang Belakang

Ini yang paling penting diingat bila ada teman yang jatuh saat bersepeda: jangan pindahkan korban kecuali korban dalam kondisi berbahaya. Ikutin prosedur yang ada di link berikut: http://www.stjohn.org.au/quick_pdfs/spinal_injury.pdf atau http://www.mayoclinic.com/health/first-aid-spinal-injury/FA00010. Segera cari pertolongan medis.

Cedera Mata

Siapa tau mata kelilipan lumpur yang muncrat, bantu dongakkan kepala korban kemudian aliri mata korban dengan air bersih. Bila benda asing tidak bisa dikeluarkan atau mata tetap terasa perih, tutup mata dengan kasa steril. Bebat mata yang sudah tertutup dengan mitela atau perban lentur (flexiband). Segera cari bantuan medis.

Lengkapnya bisa dilihat di sini: http://www.stjohn.org.au/quick_pdfs/eye_injury.pdf

Digigit Ular Berbisa

Cek nafas dan aliran darah si korban lalu tenangkan si korban. Segera bebat beberapa centimeter di atas bagian yang digigit (ke arah jantung), harus kencang seperti membebat tangan atau kaki yang keseleo tetapi tidak terlalu kuat. Gunakan bantuan kayu/papan pada saat membebat agar bagian badan tidak terlalu banyak bergerak. Minta si korban untuk tidak banyak bergerak atau meronta karena akan membuat bisa ikut terpompa ke dalam aliran darah. Lengkapnya di sini: http://www.stjohn.org.au/quick_pdfs/snake_spider_bite.pdf

Monday, September 18, 2006

Situ Lembang 16 September 2006


Wuihhhh..... panas di dada, sesak nafas, kerongkongan berlendir, mata berair, dll. Mungkin itulah yang dirasakan beberapa genjoter di 1 km pertama saat genjot ke Situ Lembang Sabtu kemaren, 16 September 2006. Gimana gak termehek-mehek, lha wong tanpa pemanasan langsung diberi sarapan tanjakan yang full nanjak terus. Malah karena udah frustasi duluan karena diberitahu nanjaknya 8 km, langsung deh seorang genjoter milih naik ojek ke arah Pintu Angin (udah Rp. 5 ribu, nawar lagi kekekeqqq). Walhasil doi keliru, nanjaknya cuman 3 km sampe Pintu Angin. Malah rugi besar karena gak ikut menikmati turunan hutan pinus yang aduhai tea'.

Begitulah permulaan cerita genjot di Situ Lembang week end kemaren. Ceritanya genjot ini sebagai genjot penutup sebelum memasuki bulan Ramadhan. Beberapa genjoter udah nginap semalam di Bandung, sekalian berubah wujud jadi bujangan semalam heheheh. Yang lainnya milih "tek-tok", istilah bagi yang datang pagi dan pulang sore ke dan dari Bandung. Tempat berkumpul di depan Univ. Advent Parongpong, cuman ditunggu sampe jam 7.30 koq pada belum nongol ya'? Ternyata ngumpulnya di warung "Anu Kuring" (lupa namanya euy), 1 km sebelum meeting point. Yah udah deh, balik badan graak ke sana deh. Begini nih kalo datang dengan para "bujangan", bangunnya aja jam 7 pagi (di hotel Setiabudi) padahal udah janji 7.30 di Parongpong Lembang. Nasib....nasib....


Parkiran Mobil - Pintu Angin – Camp Komando

Setelah parkir yang rada bribet buat sedan dan MPV, sepeda dibongkar dan mulai mempraktekkan Pre-Inspection Use. Lumayan, safety awareness-nya udah mulai naik nih. Rante diminyakin, RD & FD dicek, rem dites, ban diisi angin, handle bar dicek, dll. Ini semua berguna biar genjotnya aman dan bisa menikmati perjalanan. Siapa sih yang pengen dapat masalah pas lagi nikmat-nikmatnya genjot. Protector juga dipersiapkan, bekal untuk yang demen lari kenceng diturunan. Hati-hati tapi ya'.

Seperti di paragraf pertama, tanjakan sudah menanti sejak awal sampai 3 km pertama, paduan antara single track dan jalan berbatu. Untung ada hutan pinus, jadi ada kesempatan ngaso dan ngudut bentar. Rombongan yang dipimpin Pak Tim dari Camp Komando Situ Lembang cukup profesional menunggu teman-teman yang sudah mulai kehabisan nafas. 5 menit kemudian perjalanan dilanjut, TTB dikit kemudian disuguhin turunan di sela-sela pohon pinus. Nikmat banget rasanya nemu turunan.... Di ujung turunan ternyata lagi ada yang camping, banyak ceweknya lagi nyanyi-nyanyi. Seperti biasa, beberapa genjoter langsung beratraksi sambil TP-TP, tebar pesona maksupnye heheheh

Dari Pintu Angin ke Camp Komando gak terlalu berkesan. Paling waktu di hutan pinus doang, itupun slightly nanjak. Setelah itu motong keluar kanopi hutan masuk ke jalan berbatu, kadang nanjak kadang menurun, kebanyakan sih nanjak. Di tengah jalan sempat berfoto sejenak di beberapa plang penunjuk Camp Komando Situ Lembang. Tulisannya sangar-sangar euy, kayak masuk medan perang Bratayudha ajah. Untuk yang belum tahu Situ Lembang, daerah ini adalah arena penggonjlokan para calon Kopassus. Biasanya mereka latihan perang-perangan dan survival di sekitar lokasi ini. Selain dari Kopassus, daerah ini juga di gawangi oleh para Wanadri Senior yang ikut membantu om-om di Kopassus. Mangkanye izinnya gak sembarangan, gak boleh tabrakan dengan masa latihan. Untung ade Kang Cheppy dan Sanusi yang punya jaringan luas dengan para sesepuh Situ Lembang.

Kecewa banget waktu nyampe di Situ Lembang. Bukan genjotnya ato tanjakan, tapi dengan kondisi Situ yang lagi kering. Maklum lagi kemarau, permuakaan air Situ surut sampai-sampai bonggol-bonggol akar kayu nongol. Banyak orang yang manfaatin situasi ini, mereka turun ke danau untuk mancing ato sekedar maen air. Biasanya kedalaman bisa sampe 3-5 meter, kemaren semeter aja mungkin gak nyampe.

Genjoter langsung menuju ke Camp Komando buat makan siang. Pak Tim sudah bantu ngurusin makan yang tadi dibeli di warung Anu Kuring. Hebat nih makanannya naik ojeg karena kalo dibawa masing-masing pasti ngerepotin genjoter. Menunya tempe tahu plus ayam goreng dan sambel.... hhhmmmmm nyam nyam.

Outer Situ Lembang Ring Track

Kalo pernah dengar Jakarta Outer Ring Road, nah kemaren kami juga punya Situ Lembang Outer Ring Track, single track keliling Situ Lembang. Tracknya sangat menakjubkan, betul-betul genjot di bwah kanopi hutan tropis. Variatif sekali, kadang kudu TTB karena harus melewati rintangan pohon tumbang, sungai/creek kecil. Cuman ada satu syarat koq, harus dikawal oleh sesepuh Situ Lembang yang hapal track di luar kepala. Soalnya kalo nggak bisa tersesat. Pan lucu kalo milis MTB-Indonesia rame dengan berita orang hilang di Situ Lembang hihihih.

Lagi enak-enaknya genjot, dari jauh terdengar suara cekikikan. Ngeri juga, di tengah hutan koq ada cekikikan. Makin lama makin banyak, terus makin jadi seperti pasar malam. Ternyata lagi ada anak Nymphaea, mahasiswa dan mahiswi Jurusan Biologi ITB, yang lagi praktikum lapangan ngumpulin herbarium. Gue hapal banget karena warna jaketnya hampir sama persis dengan warna jaket himpunanku, GEA – Himpunan Mahasiswa Teknik Geologi ITB, waktu kuliah dulu.

Walaupun di tengah hutan perawan, sampah bertebaran di sana-sini bukan pemandangan yang aneh. Yang plastiklah, botol minuman bekas lah, sampe yang paling miris waktu ngeliat batu batere berkarat di dengan aliran sungai. Padahal Situ Lembang ini merupakan mata air sungai Cimahi yang mengalir ke kota Bandung dan Cimahi. Coba bayangkan gimana kalo toxic matter itu kebawa air dan dikonsumsi pendudu. Ini PR buat pengelola Situ lembang dan juga pengunjungnya. Keep Situ Lembang Clean, Euy !!!

Di ujung Utara Situ, genjoter berhenti sejenak untuk foto bareng di tangga kayu yang biasa dipake latihan Komando. Di kali kecil yang airnya bening juga berhenti buat foto-foto, disepakati untuk menuju ke mata air. Konon kabarnya mata air ini mujarab bagi untuk yang ingin umur panjang. Makanya beberapa genjoter bela-belain ke mata air tersebut, siapa tau khasiatnya emang bener. Who knows lha.... Setelah dari mata air, track kembali ke Camp Komando nggak terlalu sulit. Ada jalan berbatu koq, jalan ini juga dimanfaatin oleh motocross yang kebetulan lagi banyak-banyaknya hari itu. Mungkin mereka sedang gathering week end, sampe bawa tenda buat nginap lho.

Sempat ada incident kecil, ban gue bocor di turunan berbatu. Sempat loncat waktu ada drop off kecil, ehh malah kena snake bite. Untuk ada Kang Deni dan Idoel yang bantu ganti ban. Thanks a lot my men.

Situ Lembang – Parkiran Mobil

Udah jam 4 sore, udah waktunya balik. Pak Tim ngajakin lewat jalur yang berbeda. Asyik juga tracknya karena nurun terus sampe sungai kecil, nerobos hutan perdu, sesekali ketemu rombongan mahasiswi yang lagi di-ospek (kakak seniornya galak euy). Sehabis turunan diganjar dengan tanjakan ke Gerbang Komando. Lumayan berat kali ini karena fisik udah mulai menurun, TTB aja ah. Dari gerbang ngikutin jalan berbatu lagi yang dilewatin waktu naik ke Situ Lembang. Gak terlalu menarik. Setelah itu masuk ke turunan hutan pinus, ini yang menarik. Bisa zig-zag di sela-sela pohon, asyik pissan. Balapan terus sampe Pintu Angin.

Setelah pintu angin sebagian genjoter pengen ngelewatin tanjakan hutan pinus. Gue dan beberapa yang lain tetap milih lewat jalan berbatu. Ternyata nemu turunan asyik setelah portal, agak berdebu sih tapi cukup bisa memompa adrenalin yang sudah kendor. Sampai-sampai beberapa genjoter nyungsep saking exited-nya. Untung kena dado, kalo kena mato bisa buto heheheh.

Jam 5 tepat semuanya sampe di parkiran mobil. Ditutup dengan acara Kang Cheppy nyungsep pas di finish, udah uzur akang ...glek kikikiqqq

How To Get There

Situ Lembang bisa diakses dari Kampung Kertawangi, Kecamatan Parompong - Lembang. Kalo dari Lembang bisa ambil jalur Lembang-Cimahi lewat curug Cimahi, sekitar 2 km setelah Universitas Advent Indonesia ketemu Gerbang Komando di sisi kanan jalan. Ikutin aja jalan berbatu ke atas sampai nemu lapangan bola buat parkir mobil.

Bisa juga di-drop di Cikole, hutan pinus sebelum jalan masuk ke Tangkuban Perahu. Ikuti single track Cikole-Sukawana, entar setelah curug kecil belok ke kanan dan genjot ke atas sampe nemu Pintu Angin. Biasanya anak-anak Bandung All Mountain (BAM) lewat jalur ini, tapi jarang yang naik sampe ke Situ Lembang.

Lembar Utara
Lembar Selatan

Silahkan di-klik peta di atas lalu didownload untuk referensi genjot.