Friday, December 29, 2006

Cikole Jayagiri 23 December 2006




"Kalo hujannya lebat kayak gini, besok sepedaannya tetap jadi, Kak?" begitu pertanyaan Arin istriku sewaktu kami bertiga (gue, Arin, & Sophie si kecil) menembus hujan lebat di tol Cipularang sehari sebelum genjot. Gimana gak grogi, jam 5 sore serasa jam 8 malam saking lebatnnya hujan. Angin kencang bertiup dan lampu mau gak mau harus dinyalakan. Tapi gue dengan pedenya menjawab: "Jadi dong Bunda, kalo ini mah gak ada apa-apanya". Hehehe, padahal sebenarnya hati ini ciut juga ngeliat alam yang sedang bergejolak. Apalagi track yang bakal dilalui adalah di sepanjang kaki Gunung Tangkuban Perahu. Hiiii, serem.

Yah udah, besoknya tepat jam 7 pagi gue keluar dari hotel dengan perlengkapan siap tempur. Gak lupa jemput Alif di Tikukur yang kebetulan lagi cuti dan pengen ikutan genjot. Rencananya sepeda di pinjemin teman-teman BAMs (thanks Kang Anto atas pinjaman sepedanya). Abis jemput Alif, kami sarapan Ketupat Sayur Padang rasa Sunda kemudian baru ke Babakan Siliwangi. Cuman sayangnya teman-teman yang tembak langsung dari Jakarta pada belum datang. Kata Cheppy arus lalulintas lagi rame banget akibat long week end. Malah rombongan Tony dan Cak Nur kena hambatan di jalan, radiator mobilnya bocor jadi mesti minum setiap beberapa menit.


Sok-sokan Nge-DH Dengan Setting XC

Sehabis semuanya sepeda di loading, perlengkapan dicek ulang lagi, GPS disetup aquired satelitnya, rombongan akhirnya berangkat juga. Kali ini cukup rame, rombongan Jakarta aja ada 30 sepeda. Ditambah BAM, Zero Two Two, dan JDC mungkin totalnya bisa 50-an lah. Pasukan berangkat jam 10.15 (akhirnya) dengan 4 pickup pengangkut sepeda plus 1 pickup yang khusus ngangkut orang. Nggak lewat Setiabudi, kata si Kumis mending lewat Dago Pakar biar gak kejebak macet. Tiba di Cikole jam 11-an dan langsung re-loading di track Cikole paling atas.

Cuaca cukup mendukung, belum hujan tapi track agak basah akibat siraman malam sebelumnya. Ternyata diujung track teman-teman atlit Pengda Jabar juga sedang latihan dipimpin oleh Om Chandra. Dengan sedikit paksaan, Om Chandra didaulat untuk memberikan sedikit tips & tricks melewati track DH di musim hujan. Gue sebenarnya malu juga karena salah kostum. Seharusnya pake setting DH, setidaknya AM lah, eh ini hanya pake XC rig. Apalagi si Alif, sepeda pinjamannya pake flat bar, sangat jauh dari proper rig buat medan ini. Tapi gak apa-apalah, seperti biasa diniatkan buat nyoba track ajalah. Kalo ada yang extreme cukup TTB lah. Cuman kasihan dengan para atlit, speed mereka gak bisa kencang-kencang karena buanyak si komo yang lagi TTB, heheheh. Foto di samping adalah Om Toni Raja Minyak yang lagi in action dengan helm TRD merah dan wheelset DT Swiss merah juga :)

Tracknya sangat terpelihara, mungkin karena jadi ajang atlit latihan. Berm dan obstacle yang ada cukup variatif. Slope gak seterjal dibanding track Gunung Pinang di Cilegon, cikole mungkin 60-80 % lah kemiringannya. Kami aja yang kurang pede, ditambah ban yang salah kostum juga (gak ngegigit sama sekali). Beberapa genjoter udah jumpalitan sebelum separuh jalan. Ada juga yang udah kayak robocop dengan full face helm dan full body protection tapi masih aja TTB. Maklum, kebanyakan emang MTB Logay, loba gaya hehehehe. Akhirnya track yang biasanya ditempuh selama 5 menit menjadi sekitar 15-20 menit. Apalagi ada beberapa genjoter yang sibuk gaya kayak foto model salah kostum, gak mau kehilangan momen di track :)


Gue akhirnya nyoba 2 kali track Cikole 1 dan 2, soalnya ban udah keburu jadi donat gara-gara hujan yang membasahi tanah dan membuatnya makin liat. Teman-teman yang lain ada yang sampe 4 kali, kalo gak dibatasin mungkin sampe mabok kali naik turun track ini. Jam 14.00 diputusin untuk udahan karena mo lanjut ke Lembang makan siang.

Cikole Lembang via Jayagiri 2

Setelah bersusah payah ngumpulin gerombolan acak adul ini, akhirnya jam 14.30 rombongan bergerak turun. Track yang dipilih oleh teman-teman BAM adalah Jayagiri 2. Lumayan juga, berbatu seperti track di Puncak Bogor tetapi slope-nya lebih terjal. Yang pake full suspension mungkin bisa turun sambil bersenandung, tapi tidak buat pemakai hardtail karena mesti mengatur sepedanya dari goncangan. Sempat nunggu bentar di warung (tapi gak ada yang nunggu) buat nungguin rombongan yang tertinggal di belakang, sambil foto-foto narsis.

Setelah ngumpul lagi, baru deh dikebut turun. Yang ini juga masih berbatu, sesekali track tanah. Maklum dulunya kan akses ke perkebunan dimana jalannya hanya ditutup batu tanpa di aspal. Hati-hati dengan beberapa perpotongan track. Kalo gak hafal bisa-bisa tersesat dan keluarnya bukan di Lembang. Tapi sebenarnya sih gak perlu takut karena toh tembusnya di jalan raya Lembang - Cikole juga, jadi kalo tersesat tinggal ngikutin jalan raya aja ke arah Lembang.

Tiba di Lembang waktu sudah menunjukkan pukul 15.00. Ayam Goreng Brebes yang jadi korban kali ini menjadi riuh rendah akibat puluhan genjoter yang nggak bisa diam walaupun mulut sudah disumpal dengan makanan. Bayangin, hampir 40 orang datang serentak, kotor, dan ribut pula. Siapa yang tak gentar menghadapi gerombolan ini kekekeqqq.

Lembang - Dago via Maribaya

Jam 16.00 tepat, perut kenyang dan hati riang :) Tapi masih ada PR karena mesti balik ke Bandung lagi. Aldi BAM yang menjadi captaint kali ini mengajak turun lewat Maribaya dan langsung disetujui oleh semua genjoter. Dari Lembang ke Maribaya 100 % on road, melewati jalan raya Gunung Batu, 80 % turunan selebihnya tanjakan yang masih genjotable lah. Sebelum pintu gerbang Maribaya, berbolek ke track off road (berbatu) yang merupakan jalan tembus ke Dago Pakar. Track batunya hanya pendek sampai jembatan, selebihnya paving block sampai ke gue Jepang. Gak kebayang kalo genjot dari Dago Pakar ke Maribaya, pasti jadi Ngehe' kuadrat saking panjang dan tingginya.

Karena habis hujan, perlu ekstra hati-hati meliwati paving block yang sudah mulai berlumut dan basah. Bisa-bisa nyungsep ke sungai Cikapundung kalo gak eling genjotnya. Pas nemu gue Belanda (sebenarnya gue Jepang ato Belanda sih?), kembali lagi semua bergaya bak peragawan dan pragawati. Berlomba-lomba ngambil pose buat di foto. Padahal kalo ingat umur pasti malu sendiri lah.

Dari Dago Pakar ke Babakan Siliwangi totally on road lewat Dago Juanda. Sempat juga bernostalgia ngeliat kos-kosan gue dulu di Dago Barat yang sudah mulai padat dengan warung dan angkot. Akhirnya jam 17.30 rombongan sampai di Babakan Siliwangi, disambut dengan hujan yang derasnya minta ampun seperti yang dibayangin istriku sehari sebelumnya. Benar kan, gak perlu apriori di awal tentang cuaca. Buktinya selama perjalanan hujannya cuman di awal dan di akhir trip, dan semuanya happy bisa genjot di kaki gunung Tangkuban Perahu. Thank a lot BAMer's, we do appreciate your kindness...




Sunday, December 17, 2006

Enhance Your Genjot Story with Google Earth

Apa saja yang anda pernah lakukan dengan Google Earth? Bisa ngeliat bentuk rupa bumi seperti astronot di luar angkasa. Atay seperti pilot pesawat terbang yang sedang ngintip atap rumah kita di ketinggian 1000-2000 meter. Contohnya gambar disamping, menunjukkan lokasi kantor gue. Bisa ketebakkan daerahnya :)

Selain itu apalagi? Apa bisa membantu aktifitas genjot kita? Jawabannya: "So Pasti bisa". Seperti yang sudah sering gue lakukan dan posting di blog ini. Kita bahas agak detil aja yah.

Overlay Your GPS Track

Apa peralatan yang dibutuhkan? So pasti GPS dong. Pake GPS yang punya capability untuk merekam track. Gimana cara taunya, yah baca spek-nya sebelum beli ato menggunakannya. Kalo Garmin, bisa pilih minimal eTrex Legend atau Vista, bisa yang hitam putih atau berwarna juga OK. Tapi jangan pake yang versi eTrex doang karena gak bisa nge-upload atau download peta. Kalo pake GPS Magellan, setidaknya pake tipe Explorist. Google Earth sampai saat ini hanya men-support Garmin dan Magellan. Kalau merk lain gue belum pernah nyoba, mungkin bisa kali kalo setting-nya dibuat seperti Garmin ato Magellan.

Softwarenya bagaimana? Agar bisa meng-upload track yang sudah terekam di GPS, Google mensyaratkan menggunakan versi bayarnya, Google Earth Plus dan atau yang Pro. Keduanya mendukung fungsi transfer data dari GPS ke komputer. Cuman sayangnya hanya bisa satu arah, transfer data dari komputer ke GPS belum bisa dilakukan dengan Google Earth.

Bagaimana cara mendownload data dari GPS? Just follow step-by-step di bawah ini:
  1. Sambungkan GPS ke komputer, bisa pake USB atau serial cable tergantung jenis GPS-nya.
  2. "On"-kan GPS, tidak perlu menunggu GPS mencari satelit seperti ketika sedang di lapangan
  3. Di "tools" menu, pilih "GPS" dan akan muncul windows seperti gambar di bawah
  4. Pilih GPS Manufacture yang sesuai (garmin atau Magellan)
  5. Pilih data yang akan di-download/import
  6. Pilih drawing preferences. Secara default, tracks dan route diset sebagai garis tetapi anda bisa mensetnya sebagai icon
  7. Atur pengaturan ketinggian (altitude). Bila yang dipilih adalah "Adjust altitude to ground height", semua titik yang ada di track atau route akan diset ke 0 m (permukaan air aut). Jika tidak, data ketinggian yang dipakai adalah data yang ada di GPS.
  8. Ketik OK dan data anda sudah ada di screen google earth.
Add Additional Features

Ada bisa menambahkan digitized track pada map yang sudah ada. Misalnya ingin menambahkan jalan raya biar bisa tampil dengan GPS track yang sudah ada. Caranya klik menu "Add", klik "path", dan mulailah membuat track yang diinginkan dengan menggunakan mouse.

Selain track, bisa juga menambahkan suatu area, misalnya danau. Tinggal clik "add polygon" dan silahkan trace danau yang akan di masukkan ke map.

Contoh di bawah adalah contoh track yang ada di hutan UI dilengkapi dengan beberapa additional features mencakup: single track, UI ring road, dan beberapa point of interest.

Thursday, December 14, 2006

Tajurhalang Gunung Salak


Tadi pagi terima email di milis ngajakin genjot di Tajurhalang, kaki Gunung Salak sebelah Utara. Terus keingat, kayaknya gue punya track map-nya tapi belum pernah diposting di sini.

Track ini sebenarnya baru sekali gue lalui di awal tahun 2006. Waktu itu bareng anak-anak H4 (hahahihi): Kur, Eko, Tony, JT, Pu3, Arya, Edy, Bucan, dll. Janjian ngumpul di Bank Lippo depan Istana Bogor terus naik naik angkot ke arah Cijeruk. Entar di pertigaan Cijeruk minta si angkot masuk ke arah desa Tajurhalang, terus sampe mentok di dekat kebon teh. Dari situ mulai deh meluncur.

2 km pertama nanjak dulu ke pucuk kebon teh, dari situ baru downhilling ngikut single track di sela-sela kebon teh terus sampai ke desa Tajurhalang. Sampai di sekitar baling-baling bambu kudu nanya ke penduduk biar gak masuk ke track onroad Cigombong-Bogor. Untung ada Kur yang mimpin rombongan, doi lumayan sering maen di sekitar daerah ini jadi cukup ngerti lah daerahnya. Nah, dibawah ini para genjoter lagi mejeng. Eh lupa, ada Heru Tebet ternyata.


Genjot keluar masuk desa dan akhirnya keluar di Cijeruk Hilir. Terus masuk kompleks yang namanya gue lupa (ada portal) nanti nembusnya di pinggir anak sungai Cisadane. Masuk jalan desa lagi, eh nongolnya di perumahan elit yang namanya gue lupa juga. Dari sini udah masuk daerah kota Bogor, tinggal genjot ke arah Istana Bogor. Jangan lupa mampir makan ayam goreng yang banyak bumbunya, dimasak a la Sunda.

Silahkan click peta di bawah untuk map detailnya.

Tajurhalang North
Tajurhalang South

Tuesday, December 12, 2006

JUMP..... !!!!

Ada clip bagus nih buat penggemar lompatan tinggi. Diambil dari http://www.youtube.com/watch?v=4RkIQFDYaXE

Thursday, December 07, 2006

Cicatih Riverside Track 06 December 2006.... Gagal Total :(

Sebulan yang lalu Om Gajah dari Cherokee Adventure, pebisnis wisata Arung Jeram di SUngai Cicatih Sukabumi, ngajakin genjot di seputaran sungai Cicatih. Wah senangnya, karena kebayang tracknya pasti nikmat. Selama ini belum pernah genjot di sana, taunya rafting aja. Kalo diliat dari atas perahu karet, kayaknya pasti bagus track-nya. Makanya begitu ada undangan dari Om Gajah, langsung deh diforward ke milis MTB-Indonesia. Peminatnya langsung membludak, ada 40-an orang :)

Malam sebelum keberangkatan, semua peralatan dicek. Drive train sepeda diminyakin, peralatan tempur dimasukin ke Camelbak, First Aid Kit dipastiin gak ada yang kurang, izin dari istri juga sudah di tangan. Abis beberes, jam 10 baru masuk ke peraduan... zzzzzz.

Bangun tidur jam 04.30 shalat subuh dulu. Terus bongkar sepeda biar bisa dimasukin ke mobil. Tapi koq ada yang aneh yah, Avansa yang biasanya ada di pekarangan koq gak keliatan. Ahhh, mungkin Arnold adik iparku belum pulang kali. Semalam doi pinjam mobil mo maen futsal. Siapa tau keterusan nongkrong sampe pagi. Kembali ke dalam rumah makin aneh lagi, koq kunci Avansa tergantung di dinding yah? Langsung ke kamar atas ngeliat apakah si Arnold ada ato tidak. Jantung rasanya mo copot waktu ngeliat Arnold asyik tidur. Habis itu semuanya langsung heboh, MOBIL KAMI DIGONDOL MALING :(

Maling professional banget. Pagar digembok segede bagong, alarm dan kunci stir terpasang. Tapi bisa-bisanya mereka membobol semua pertahanan. Sebenarnya malam itu gue sempat denger ribut-ribut seperti orang terburu-buru ngeluarin mobil. Cuman perkiraannya Pak Wahyudi tetangga depan yang buru-buru ke rumah sakit, istrinya sudah beberapa hari masuk rumah sakit. Makanya gak bangun, cuman niat doang nanti sore mo jenguk ke rumah sakit. Eh... ternyata mobil sendiri yang raib.

Anyway, kayaknya gak perlu berlama-lama terpuruk dalam kesedihan deh. Selain mobilnya diasuransikan, kami juga udah ikhlas koq. Yang penting ke depannya gimana biar gak kehilangan lagi. My genjot must go on terus toh.

Nih, ada titipan track map genjot di Cacatih kemaren. Thanks buat Om Ozy yang udah ngirim track mentahnya. Mohon maaf hanya bisa ngegambar 75% dari total track berhubung peta Bakosurtanal daerah Selatan track belum ada di database. Entar deh gue maen ke Bakosurtanal biar bisa dapatin lembar-lembar peta yang berpotongan dengan garis pantai Selatan Jawa.