Monday, March 26, 2007
Hutan Pinus Telaga Warna - 24 Maret 2007
Wah, ternyata gue salah kaprah selama ini. Kirain Telaga Warna gak ada apa-apanya, cuman genjot di jalan akses perkebunan teh dan genjot on road di perkampungan. Eh, rupanya teman-teman H4 MTB Community udah nemu downhill section di hutan Pinus sebelum lebaran tahun lalu. Tau gitu kemaren-kemaren gue ikutan deh.
Kamis sore minggu lalu masih bingung mo genjot di mana. Untung Sabtunya Om Kur dan Ietjung ngajakin genjot di Telaga Warna. Sebenarnya kalo gak ada yang ngajakin, genjot di Rindu Alam sendirian pun gue jabanin deh. Lagi exited dengan Reign nih... kekekeqqqq. Pas hari "H"-nya hampir aja rencana berbelok kembali ke Rindu Alam. Soalnya Om Qesrek lagi bawa pasukan tempur barudak Cinere yang rata-rata masih jarang genjot di Rindu Alam. Untung gue gak berubah haluan, ngikut mayoritas yang pengen genjot di Telaga Warna. Cuman jadi gak enak sama Om HPW, udah pake KHS AM 2000 baru .... eh malah ditinggalin. Sorry yah Om.
Seperti biasa, diawal track sudah disuguhin dengan tanjakan. Banyak yang tepar, termasuk Kang Cheppy Adipati Depok. Untung setelah di puncak bukit, track berubah menurun ke arah rumah Joglo. Gara-gara ngikutin jalur yang dilalui Edi, gagal deh ngerasain section menurun yang kemarin hanya bisa dinikmati Ietjung dan Sanusi :( Sampai di rumah Joglo, seperti biasa cekakak cekikik sambil bergaya foto-fotoan bak peragawan.
Selanjutnya gak ada yang istimewa, pemandangan hampir sama dengan track Rindu Alam - Gunung Mas. Sepanjang mata memandang yang ada hamparan hijau pohon teh. Kebanyakan genjot di jalan berbatu akses perkebunan, sesekali masuk ke single track jalur ibu-ibu pemetik teh. Sempat berhenti lagi di dekat sekolahan yang sedang ada shooting anak-anak kampung bermain sepak bola. Gak tau tuh sempat ke-shoot juga gak waktu rombongan memotong lapangan bola.
Akhirnya penderitaan track menanjak dan berbatu hilang sudah. Jalur single track cukup panjang sebelum memasuki hutan pinus. Kesempatan buat balas dendam, Reign digeber abis menuruni track yang berliku. Cengkraman ban agak kurang menggigit gara-gara pakai Maxxis Wetscream baut tanah berlumpur. Untungnya begitu masuk hutan pinus yang gembur, penggunaan Wetscream menjadi mumpuni lagi.
Terus terang gue belum pernah masuk ke hutan ini, makanya gue di urutan ke-5 setelah Ietjung, AJ, Sanusi, dan Tony Condet (Reign Coklat xs). Sengaja ngatur jarak dengan Tony Condet biar speed-nya bisa maksimal dan bisa menikmati track yang bisa dibilang Freeride. baru sekitar 10 detik masuk ke dalam hutan, tiba-tiba di depan terlihat Reign Coklat melintang di tengah jalan, sementara Tony Condet terbaring sambil meringis di pinggir pohon. Ternyata doi nabrak pohon, tepatnya sih menghantam pohon, sepertinya tidak siap sehabis melintasi akar-akar pohon pinus. Gue coba mencek kondisi Tony. Selain bahu kanan yang lebam, bagian tubuh yang lain tidak terlihat cedera. Cuman kayaknya sudah payah untuk genjot, gue saranin untuk turun TTB aja. Dan setelah sepedanya gue pinggirin, perjalanan gue lanjutin lagi.
Track hutan pinus ini sangat menantang, profil kemiringan lereng lebih dari -100%. Tanahnya kering tapi gembur, mungkin akan menjadi licin dan berlumpur sehabis hujan. Jalurnya juga tidak lurus, berbelok-belok di sela-sela pohon pinus. Bila ada akar pohon yang lumayan besar ukurannya, pasti diikuti dengan drop off 20-50 cm. Lumayanlah buat ber-jumping ria :) Hampir 2 menit menikmati tantangan yang bisa memompa adrenalin keluar dari sarangnya, tiba-tiba kilatan blitz kamera berkelebatan dari photographer dadakan Kang Cheppy yang sudah menunggu di pinggir track. Hasilnya seperti gambar di awal posting ini:) Lanjut lagi sekitar 5 menitan yang semuanya totally amazing. Rasanya track ini cukup menantang dibanding Cikole atau Gunung Pinang, soalnya track ini betul-betul masih perawan karena sangat jarang di lalui. Seandainya betul-betul di-manage dengan baik, rasanya tidak kalahlah dengan track DH yang lain.
Ujung track ini berakhir di jalan aspal, tepat di samping area terbuka yang ada section drop off sekitar 3 meteran. Sambil nunggu yang lain turun, seperti biasa cekakak cekikik dulu lah mengomentari parjalanan yang sudah dilewati. Yang paling terkahir turun adalah si Tony Condet yang cedera tadi. Sepertinya parah juga, lengan kanan sakit kalau digerakkan ke atas yang mengakibatkan cengkaraman tangan kanan menjadi melemah. Diputuskan untuk dievakuasi saja sehingga Sanusi turun ke jalan raya Puncak untuk memanggil Angkot.
Setelah angkot datang dan Tony dievakuasi ke Sederhana Gadoq, perjalanan pulang pun dimulai. Tidak terlalu menarik untuk diceritakan di sini karena 100% on road melewati perkampungan Cilember dan Megamendung. Gue, Ambon dan Kur terpisah dari rombongan karena berhenti sejenak untuk memperbaiki rantai Reign-ku yang kusut. Akhirnya kami bertiga memilih langsung menuju ke finish melewati jalan raya Puncak Gadoq.
Mohon maaf lagi gak ada track map-nya. Soalnya GPS sengaja ditinggal di mobil karena tadinya kirain gak bakal lewat track baru. Lain kali deh, kalo ada yang mo ikut call-call gue yah :) Last but no least, makasih buat Om AJ dan Ventanaman buat foto-foto ciamiknya.
Sunday, March 25, 2007
Free Live To Ride DVD from MBUK April 2007 Edition
Udah pada beli MBUK April 2007 blum? Udah terbit tuh, tadi udah gue beli di Peripulus PI Mall seharga Rp. 99,000. Ato bisa juga di Kinokuniya.
Edisi kali ini berhadiah DVD Live To Ride. Lebih banyak tentang DJ dibanding genre MTB lainnya. Malah ada dua acara Redbull District Ride dimuat di DVD ini, salah satunya di Nurnberg Jerman, kota dimana gue pernah nyari duit :) Ada extra Grimetime tentang gimana caranya menyetel suspension, lengkap untuk fork dan rear shock. Habis nonton langsung gue praktekkan, tinggal nunggu nyoba lapangan minggu depan.
Di majalahnya sendiri ada cerita gimana Olli ngajarin Emma (model) ber-MTB, cara berlompat yang tinggi buat pemula, dll. Ada juga liputan Bike Test untuk Do It All Full Suspension: Merida AM800, Specialized FXRxc Comp, Kona Kikapu Deluxe, dan Giant Trance 2. Terkahir tentang hardcore fork, dibahas satu persatu muali Marzuki sampe Fox 36 Van seperti yang gue pake sekarang.
Tuesday, March 20, 2007
Packing Your Bike
Pengen liburan off road di daerah yang baru dan jauh dari tempat tinggal? Ato kebetulan lagi tugas kantor di luar kota tapi tetep pengen genjot. Udah, bawa sepeda aja. Gimana caranya? Kebetulan gue dapat tips & tricks dari http://www.whatmtb.com/workshopdetails.asp?id=26
1. Lepas Pedal
Buka dengan kunci 15 yang pipih, kemudian bungkus dengan plastik atau kertas dan tempelkan di frame biar gak kelupaan.
2. Bongkar Wheelset
Setelah wheelset terlepas, untuk yang menggunakan quick release jangan lupa melepasnya. Bungkus dengan plastik dan rekatkan di sekitar wheelset dengan plackedban. Sprocket juga perlu di bungkus biar tidak merusak komponen lain. Untuk yang menggunakan hydraulic brakes, jangan lupa sisipkan ganjelannya yah.
3. RD
Bongkar RD dan antingnya (dropout) biar gak bengkok/rusak saat beradu dengan benda keras. Bungkus dengan plastik dan ikat di sekitar frame. Jangan lupa pasang batangan penahan yang menghubungkan kedua kaki belakang frame biar gak bisa ketekan waktu ditumpuk. Biasanya kalo beli frame baru, batangan ini selalu ada.
4. Batangan Penahan Fork
Seperti bagian belakang frame, fork juga perlu dipasangin batangan penahan menghubungkan kedua kaki-kakinya. Bisa minta di toko sepeda koq, biasanya gratis. Cuman ini gak perlu buat yang fork-nya bertipe through axle.
Untuk yang pake air suspension dan bepergian dengan pesawat terbang. Jangan lupa shock atau forknya di-deppressurize (digembosin) dulu biar minyak di dalam tabung gak keluar waktu pesawat sedang di udara (bertekanan).
5. Lepas Handlebar
Lepaskan handle bar dari stem, jangan lupa kuatkan kembali baut-baut pengencang handlebar di stem biar gak hilang. Bungkus handlebar dengan lastik dan ikatkan sejajar frame. Longgarkan ikatan stem ke fork dan putar dikit fork biar sejajar frame.
6. Tas Sepeda/Kardus
Sampai saat ini sangat susah mencari tas sepeda di Indonesia. Biasanya teman-teman menggunakan kardus bekas sepeda yang bisa diminta gratis di toko-toko sepeda. Sebelum memasukkan ke tas atau kardus, jangan lupa bungkus frame dengan palstik biar tidak lecet. Bila perlu, tambahkan koran bekas atas pelastik yang berfungsi sebagai peredam benturan. Setelah itu masukkan ban ke dalam tas/kardus.
Selamat berlibur.
Foto-foto diambil dari http://www.whatmtb.com
1. Lepas Pedal
Buka dengan kunci 15 yang pipih, kemudian bungkus dengan plastik atau kertas dan tempelkan di frame biar gak kelupaan.
2. Bongkar Wheelset
Setelah wheelset terlepas, untuk yang menggunakan quick release jangan lupa melepasnya. Bungkus dengan plastik dan rekatkan di sekitar wheelset dengan plackedban. Sprocket juga perlu di bungkus biar tidak merusak komponen lain. Untuk yang menggunakan hydraulic brakes, jangan lupa sisipkan ganjelannya yah.
3. RD
Bongkar RD dan antingnya (dropout) biar gak bengkok/rusak saat beradu dengan benda keras. Bungkus dengan plastik dan ikat di sekitar frame. Jangan lupa pasang batangan penahan yang menghubungkan kedua kaki belakang frame biar gak bisa ketekan waktu ditumpuk. Biasanya kalo beli frame baru, batangan ini selalu ada.
4. Batangan Penahan Fork
Seperti bagian belakang frame, fork juga perlu dipasangin batangan penahan menghubungkan kedua kaki-kakinya. Bisa minta di toko sepeda koq, biasanya gratis. Cuman ini gak perlu buat yang fork-nya bertipe through axle.
Untuk yang pake air suspension dan bepergian dengan pesawat terbang. Jangan lupa shock atau forknya di-deppressurize (digembosin) dulu biar minyak di dalam tabung gak keluar waktu pesawat sedang di udara (bertekanan).
5. Lepas Handlebar
Lepaskan handle bar dari stem, jangan lupa kuatkan kembali baut-baut pengencang handlebar di stem biar gak hilang. Bungkus handlebar dengan lastik dan ikatkan sejajar frame. Longgarkan ikatan stem ke fork dan putar dikit fork biar sejajar frame.
6. Tas Sepeda/Kardus
Sampai saat ini sangat susah mencari tas sepeda di Indonesia. Biasanya teman-teman menggunakan kardus bekas sepeda yang bisa diminta gratis di toko-toko sepeda. Sebelum memasukkan ke tas atau kardus, jangan lupa bungkus frame dengan palstik biar tidak lecet. Bila perlu, tambahkan koran bekas atas pelastik yang berfungsi sebagai peredam benturan. Setelah itu masukkan ban ke dalam tas/kardus.
Selamat berlibur.
Foto-foto diambil dari http://www.whatmtb.com
The New 2007 Intense DJ Frame - MtnX HT
Intense baru saja ngeluarin prototype DJ frame, tapi belum di-launch ke public. Rencananya musin semi tahun ini bakal nongol di Seaotter Classic - California (12-15 April 2007), ditunggangi oleh MS-Intense Factory Race Team.
Intense memberi nama MtnX HT, dan untuk yang mau membrikan masukan bisa kiri email ke web@intensecycles.com.
Foto-foto dan berita diambil dari www.intensecycles.com
Intense memberi nama MtnX HT, dan untuk yang mau membrikan masukan bisa kiri email ke web@intensecycles.com.
Foto-foto dan berita diambil dari www.intensecycles.com
Sunday, March 18, 2007
Cikole Bike Abuse, 17 March 2007
Habis deh Reign-ku diperkosa kemarin (Sabtu, 17 Maret 2007) di Cikole, pas latihan para genjoter kolot yang mo berlaga hari ini di COLD 2 buatan Kang Chandra. 5 kali naik turun, plus turun melawati track Jayagiri 1. Si Reign gak pernah berhenti bekerja mulai jam 10 pagi sampai jam 4 sore. Tapi yang jelas puaslah, gak rugi rasanya ganti frame dan fork baru.
Karena bakal ada kejuaraan 2 minggu berturut-turut, track Cikole dipermak abis dan beberapa tambahan obstacle. Jumpingan ditinggian plus diperkuat biar gak gampang hancur. Karung-karung pasir yang ada di pinggiran berm juga pada diganti. Tidak lupa tetumbuhan di sepanjang track dibersihkan biar gak mengganggu para speed lover. Tidak tanggung-tanggung, yang kemaren berlatih banyak sekali. Mungkin hampir 50-an downhiller ditambah groupies dari Jakarta. Bukan hanya lokalan Bandung, Cilegon, dan Malang, tapi dari Singapore dan Malaysia juga ikutan nimbrung bermain tanah.
Di putaran pertama, Reign belum digenjot habis karena hanya untuk pengenalan medan. Lumayan juga, dari start sampai finish mungkin ada 6-7 kesempatan buat loncat. Ada satu section yang cukup terjal, bagi saya cukup pelan-pelan aja di situ biar gak knapa-knapa. Di sekitar finish beberapa tikungan dengan berm yang lumayan tajam diperuntukkan bagi yang senang pumping sambil rebahan :) Dan terakhir so pasti gundukan tinggi buat para DH'er yang senang pamer gaya-gaya aneh saat sedang berada di udara.
Sebenarnya untuk lomba 2 minggu, adu kecepatan hanya dari tempat start ke Saung di garis finish. Tetapi bagi saya dan penggembira lainnya rasanya rugi sudah datang jauh-jauh tapi gak nyoba track Saung ke Pos pintu masuk Cikole. Akhirnya perjalanan diteruskan. Cuman sayang, track-nya ternyata gak terawat karena jarang dilewatin. Banyak dahan dan semak yang sudah mulai menutupi jalan, di sebagian section track tergerus air, dan malah ada satu bagian yang tertutup rumput gajah setinggi orang dewasa yang diikuti dengan rebahan pohon pinus yang melintang menutupi track :( Cukup beresiko, tapi tetap bisa dilewatin dengan kecepatan rendah. Tidak terlalu banyak rintangan di track ini, paling loncat-loncatan dikit. Kelebihannya adalah bisa menggeber kecepatan setinggi-tingginya karena ada beberapa section menurun yang lurus dengan drop off yang hampir tidak berasa sedang melayang di udara. Akhirnya finish di dekat orang-orang yang sedang outbond di sekitar gerbang Cikole.
Di putaran kedua, tempat start udah kayak pasar malam. Hampir semua genjoter pada bersiap-siap, termasuk Kang Chandra sang "pemilik" track. Rasanya seperti konvoi, semuanya berbaris kayak kereta api Babaranjang pengangkut batubara Palembang-Lampung :( Baru beberapa detik, rombongan terhenti di section yang curam. Ada kawan dari Kadipaten yang mencoba menandingi Superman terbang sekitar 10-an meter ke bawah. Untung masih bisa bangun dan bengong sambil meringis di pinggir track. Lanjut lagi, saya milih di belakang saja karena takut menghalangi jalan. Di sekitar undakan tepat di sampingjalan raya, terlihat lagi satu orang sudah terduduk dengan ringisan lebih lebar dari yang pertama. Ternyata belakangan ketahuan dia adalah genjoter dari Singapore dengan cedera cukup parah (dislokasi siku tangan kiri). Di finish, jagoan-jagoan DH menutup tarian dengan berlenggak-lenggok di berm-berm dan akhirnya melayang di udara sambil memamerkan gaya terbaik mereka. Cuman sayang, Kang Chandra ternyata silap kali ini. Dia terjatuh di berm terakhir dan sepertinya juga dislokasi pundak:( Werr.... para atlit binaannya pada berlarian untuk menolong. Yang lain cuman bengong sambil geleng-geleng kepala. Gimana gak kaget, lha wong orang yang sudah hapal setiap centimeter track Cikole ini bisa juga cedera. Yo wis... dijadikan lesson learn aja biar gak terburu nafsu dan bisa maen safe saja.
Tiga kejadian tersebut membuat saya lebih berhati-hati. Biar bagaimanapun, riding safely is number one. Pengennya bisa merem-melek waktu sedang jumping di drop off tetapi masih bisa pulang ke rumah ketemu Sophie (anakku) dan Arin (istriku).
Putaran ketiga dan berikutnya mulai deh pemerkosaan si Reign. Gundukan demi gundukan mulai diloncatin, drop off juga dilalap habis. Paling loncatan terkahir di sekitar finish belum bisa, mungkin karena berat badan yang udah di atas 80 kg ini:) Perpaduan rear shock Fox RP23 dan fork Fox 36 Vanilla RP23 merupakan kombinasi yang manstaff untuk seorang pemula seperti gua ini. Jujur sih gue gak berani loncat tinggi-tinggi amat seperti yang lain dengan fram DH dan double crown fork. Cuman saya tidak terlalu khawatir dengan kaki-kaki, wheelset perpaduan Funn, DT Swiss, dan Single Track sangat mumpuni walaupun permerkosaan berlangsung tanpa tanda-tanda kapan akan berhenti :) Oh iya, beberapa hari sebelum ke Cikole sempat ke Bagus Bike buat ganti rotor front brake menjadi 8". Akibatnya, pengereman menjadi lebih sempurna pastinya dibanding waktu masih pake 6".
Setelah puas berkali-kali naik turun, diputuskan untuk segera kembali tepat pada saat adzan Ashar berkumandang. Dipilih track Jayagiri 1 sebagai lintasan turun. Rasanya sangat pas dengan fork yang terpasang dimana travelnya 160 mm. Nyuok...nyuok...nyok, seperti itulah bunyinya waktu sedang bekerja menyeimbangkan berat badan dan tarikan gaya gravitasi. Dibantu dengan rear shick travel 6", sempurna sudah perjalanan turun.paling agak sedikit terpeleset karena licinnya track. Akhirnya rombongan berhenti di Ayam Goreng Brebes buat makan siang yang sudah sangat kesorean, diikuti shalat Duhur dan Ashar yang mau gang mau terpaksa dijamak. Setelah puas dan perut kenyang, perjalanan pulang diteruskan melewati Cijengkol dan Cipaku dan akhirnya finish di parkiran mobil di Lebak Siliwangi.
Ada yang kelupaan, pemerkosaan ini menjadi sempurna di tanah gembur Cikole dengan penggunaan ban spike Maxis Wetscream 2.6" (depan) dan 2.2" (belakang). Cengkaramannya membuat Reign menapak dengan tegas di sepanjang track. Sesaat setelah melayang, tidak ada rasa kehilangan grip akibat tonjolan thread yang seperti paku. Cuman ban ini menjadi licin sewaktu melintasi track berbatu Jayagiri1. Cuman itu bisa diimbangi oleh komposisi suspensi depan belakang yang mumpuni.
Secara general, pemerkosaan bisa dibilang sempurna, walaupun gak orgasme kekeekqqq. Kita tunggu track-track lain selanjutnya: Gn. Pinang, Gn. Pancar, Embrio, Kopeng, Kintamani, dll.
Mohon maaf, kali ini ga k ada foto atau peta karena saya bener-bener lagi pengen menikmati turunan :)
Karena bakal ada kejuaraan 2 minggu berturut-turut, track Cikole dipermak abis dan beberapa tambahan obstacle. Jumpingan ditinggian plus diperkuat biar gak gampang hancur. Karung-karung pasir yang ada di pinggiran berm juga pada diganti. Tidak lupa tetumbuhan di sepanjang track dibersihkan biar gak mengganggu para speed lover. Tidak tanggung-tanggung, yang kemaren berlatih banyak sekali. Mungkin hampir 50-an downhiller ditambah groupies dari Jakarta. Bukan hanya lokalan Bandung, Cilegon, dan Malang, tapi dari Singapore dan Malaysia juga ikutan nimbrung bermain tanah.
Di putaran pertama, Reign belum digenjot habis karena hanya untuk pengenalan medan. Lumayan juga, dari start sampai finish mungkin ada 6-7 kesempatan buat loncat. Ada satu section yang cukup terjal, bagi saya cukup pelan-pelan aja di situ biar gak knapa-knapa. Di sekitar finish beberapa tikungan dengan berm yang lumayan tajam diperuntukkan bagi yang senang pumping sambil rebahan :) Dan terakhir so pasti gundukan tinggi buat para DH'er yang senang pamer gaya-gaya aneh saat sedang berada di udara.
Sebenarnya untuk lomba 2 minggu, adu kecepatan hanya dari tempat start ke Saung di garis finish. Tetapi bagi saya dan penggembira lainnya rasanya rugi sudah datang jauh-jauh tapi gak nyoba track Saung ke Pos pintu masuk Cikole. Akhirnya perjalanan diteruskan. Cuman sayang, track-nya ternyata gak terawat karena jarang dilewatin. Banyak dahan dan semak yang sudah mulai menutupi jalan, di sebagian section track tergerus air, dan malah ada satu bagian yang tertutup rumput gajah setinggi orang dewasa yang diikuti dengan rebahan pohon pinus yang melintang menutupi track :( Cukup beresiko, tapi tetap bisa dilewatin dengan kecepatan rendah. Tidak terlalu banyak rintangan di track ini, paling loncat-loncatan dikit. Kelebihannya adalah bisa menggeber kecepatan setinggi-tingginya karena ada beberapa section menurun yang lurus dengan drop off yang hampir tidak berasa sedang melayang di udara. Akhirnya finish di dekat orang-orang yang sedang outbond di sekitar gerbang Cikole.
Di putaran kedua, tempat start udah kayak pasar malam. Hampir semua genjoter pada bersiap-siap, termasuk Kang Chandra sang "pemilik" track. Rasanya seperti konvoi, semuanya berbaris kayak kereta api Babaranjang pengangkut batubara Palembang-Lampung :( Baru beberapa detik, rombongan terhenti di section yang curam. Ada kawan dari Kadipaten yang mencoba menandingi Superman terbang sekitar 10-an meter ke bawah. Untung masih bisa bangun dan bengong sambil meringis di pinggir track. Lanjut lagi, saya milih di belakang saja karena takut menghalangi jalan. Di sekitar undakan tepat di sampingjalan raya, terlihat lagi satu orang sudah terduduk dengan ringisan lebih lebar dari yang pertama. Ternyata belakangan ketahuan dia adalah genjoter dari Singapore dengan cedera cukup parah (dislokasi siku tangan kiri). Di finish, jagoan-jagoan DH menutup tarian dengan berlenggak-lenggok di berm-berm dan akhirnya melayang di udara sambil memamerkan gaya terbaik mereka. Cuman sayang, Kang Chandra ternyata silap kali ini. Dia terjatuh di berm terakhir dan sepertinya juga dislokasi pundak:( Werr.... para atlit binaannya pada berlarian untuk menolong. Yang lain cuman bengong sambil geleng-geleng kepala. Gimana gak kaget, lha wong orang yang sudah hapal setiap centimeter track Cikole ini bisa juga cedera. Yo wis... dijadikan lesson learn aja biar gak terburu nafsu dan bisa maen safe saja.
Tiga kejadian tersebut membuat saya lebih berhati-hati. Biar bagaimanapun, riding safely is number one. Pengennya bisa merem-melek waktu sedang jumping di drop off tetapi masih bisa pulang ke rumah ketemu Sophie (anakku) dan Arin (istriku).
Putaran ketiga dan berikutnya mulai deh pemerkosaan si Reign. Gundukan demi gundukan mulai diloncatin, drop off juga dilalap habis. Paling loncatan terkahir di sekitar finish belum bisa, mungkin karena berat badan yang udah di atas 80 kg ini:) Perpaduan rear shock Fox RP23 dan fork Fox 36 Vanilla RP23 merupakan kombinasi yang manstaff untuk seorang pemula seperti gua ini. Jujur sih gue gak berani loncat tinggi-tinggi amat seperti yang lain dengan fram DH dan double crown fork. Cuman saya tidak terlalu khawatir dengan kaki-kaki, wheelset perpaduan Funn, DT Swiss, dan Single Track sangat mumpuni walaupun permerkosaan berlangsung tanpa tanda-tanda kapan akan berhenti :) Oh iya, beberapa hari sebelum ke Cikole sempat ke Bagus Bike buat ganti rotor front brake menjadi 8". Akibatnya, pengereman menjadi lebih sempurna pastinya dibanding waktu masih pake 6".
Setelah puas berkali-kali naik turun, diputuskan untuk segera kembali tepat pada saat adzan Ashar berkumandang. Dipilih track Jayagiri 1 sebagai lintasan turun. Rasanya sangat pas dengan fork yang terpasang dimana travelnya 160 mm. Nyuok...nyuok...nyok, seperti itulah bunyinya waktu sedang bekerja menyeimbangkan berat badan dan tarikan gaya gravitasi. Dibantu dengan rear shick travel 6", sempurna sudah perjalanan turun.paling agak sedikit terpeleset karena licinnya track. Akhirnya rombongan berhenti di Ayam Goreng Brebes buat makan siang yang sudah sangat kesorean, diikuti shalat Duhur dan Ashar yang mau gang mau terpaksa dijamak. Setelah puas dan perut kenyang, perjalanan pulang diteruskan melewati Cijengkol dan Cipaku dan akhirnya finish di parkiran mobil di Lebak Siliwangi.
Ada yang kelupaan, pemerkosaan ini menjadi sempurna di tanah gembur Cikole dengan penggunaan ban spike Maxis Wetscream 2.6" (depan) dan 2.2" (belakang). Cengkaramannya membuat Reign menapak dengan tegas di sepanjang track. Sesaat setelah melayang, tidak ada rasa kehilangan grip akibat tonjolan thread yang seperti paku. Cuman ban ini menjadi licin sewaktu melintasi track berbatu Jayagiri1. Cuman itu bisa diimbangi oleh komposisi suspensi depan belakang yang mumpuni.
Secara general, pemerkosaan bisa dibilang sempurna, walaupun gak orgasme kekeekqqq. Kita tunggu track-track lain selanjutnya: Gn. Pinang, Gn. Pancar, Embrio, Kopeng, Kintamani, dll.
Mohon maaf, kali ini ga k ada foto atau peta karena saya bener-bener lagi pengen menikmati turunan :)
Saturday, March 03, 2007
My New All Mountain Rig: Giant Reign 2007
Akhirnya, jadi juga rakitan sepeda all mountain-ku. Setelah hampir 4 bulan melewati proses pemilihan frame, akhirnya pilihan jatuh ke Giant Reign 2007. Alasannya sih pertama adalah value for money, kemudian didukung oleh review positif di banyak majalah MTB terbitan luar. Akhirnya dengan bulat hati frame ini ditebus 2 hari yang lalu.
Banyak cerita mengenai pemilihan frame. Mulai dari minta advice dari Om Ozy, HPW, sampe konsultasi dengan pakar Solo Pakde Is. Kemudian sempat mau order Yeti 575 dari Roy, sayang dia gak bisa nyediain barangnya dalam waktu dekat. Untuk Yeti, at least perlu order 3 bulan di depan. Sempat juga komunikasi dengan Hendra Bagusbike untuk frame Santacruz. Berhubung dealer di Singapore lagi bermasalah, akibatnya the new Santacruz baru bisa ready to order di bulan Mei 2007. Terkahir hampir mo bayarin Intense 5.5 milik Pak Camat Pamulang yang mau ganti frame titanium. Berhubung udah gak tahan lagi dan sepeda udah mau dipake, batal deh. Padahal murah lho tawaran Pak Camat, apalagi selama ini sepedanya hanya dipakai on-road Pamulang-JPG :)
Frame ini dilengkapi dengan rear shock Fox RP23 yang sudah ada fungsi ProPedal (berfungsi untuk mengurangi bobbing pada saat pedalling) dengan travel 6" (150 mm). Biar seimbang, didepannya dipasang fork Fox 36 Vanilla RC2 travel 160 mm. Pasti banyak yang nanya kenapa gak air suspension aja seperti Talas atau Flot. Masalahnya saya ini penggemar coil suspension dimana compression yang dihasilkan lebih linear dibanding air suspension yang makin tertekan makin keras. Kayaknya perlu belajar setting dulu deh, terutama untuk high/low speed compression.
Agar bisa berjalan dan meloncat dengan kokoh, dipilihlah Sun Rim Single Track dan hub Funn yang dihubungkan dengan spokes DT Swiss. Sengaja pilih warna ngejreng (baca: orange) biar gak kalah gagah dengan wheelset impian DT Swiss FR 2350 (seperti punya Om Raja Minyak). Untuk ban, disesuaikan dengan kondisi track. karena tadi pagi maen di track Rindu Alam - Gadog yang becek dan basah, di depan dipasang Maxxis Wet Scream 2.5" dan di belakang pake Schwalbe Knobby Nick 2.25" (asli lho, bukan reject).
Drive Train diperkuat oleh Shimano XT 2007 Rear/Front Dérailleur dan shifter, dan Shimano XT Hollowtech 2 Crankset yang dicantolin pedal Shimano DX M-647. Rem-nya pake Hayes Mag 9 hydraulic (franot & rear). Seperti di review sebelumnya, perpaduan shifter dan RD XT '07 ini sangat mumpuni, terutama saat perpindahan gigi dari berat ke ringan.
Komponen lain yang dipilih adalah seat post Thompson Elite 30.9 mm, sadle WTB Pure V, riser bar Amoeba Scuud 50 mm, stem Thompson Elite 90 mm, integrated Giant Reign Headset, dan ODI handle bar grip.
Bike Testing
Tadi pagi sudah dilakukan uji coba di track Rindu Alam - Gadog ditemenin Cak Nur, pengantin baru (JT & Pu3), dan 4 orang dari Duser Sawangan (Herling Wenas, dkk.). Awalnya sempat ciut juga melihat cuaca yang berkabut dengan jarak pandang max 50 meter ditambah dengan kuatnya hembusan angin. Cuman begitu turunan Paralayang dilibat habis dengan senyum tersungging, cuaca buruk langsung terlupakan. Turunan digeber habis dan rasanya mak nyos seperti naik BMW. Apalagi di turunan setelah Ngehe' 2 seperti Bukit Pyramid, lancar poll sambil loncat dikit-dikit :) Gak rugi nih pake Fox 36 Van RC2.
Tanjakan juga bisa dinikmati karena adanya ProPedal system dari Fox RP23. Hampir 75% Ngehe' 1 dilalui dengan digenjot. Sisanya TTB karena track licin (cari-cari alasan nih) hehehe... Tapi bener, tidak ada bobbing sama sekali pada saat tanjakan baik track off road, berbatu, maupun on road. Traksi ban belakang bener-bener nempel di track, tidak ada slip sama sekali seperti waktu masih pake NRS-G. Hhhmmmm, sedih juga ninggalin si Hitam NRS-G.
Yo wis, minggu depan mau nyoba jajal track DH di Gunung Pinang. Katanya sih ada track baru buatan teman-teman Cilegon Bikers. Tunggu aja laporannya.
Subscribe to:
Posts (Atom)